06 Mei, 2014


Bacaan: I Tesalonika 5:16-18Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah ... - I Tesalonika 5:18

Kata orang, saya ini cukup perfeksionis. Mungkin ada benarnya juga, sebab saya     selalu mengusahakan agar segala sesuatunya berjalan dengan sempurna. Namun meski     saya berjuang keras untuk mengusahakan apa yang sedang saya kerjakan menjadi     sempurna, tapi kenyataannya tak seperti itu. Bagi Anda yang sudah berlangganan     Renungan Harian Spirit sejak awal, yaitu edisi April 2005, tentu Anda akan menemukan     beberapa kesalahan yang cukup menganggu, misalnya kekeliruan penanggalan, atau     tulisan yang salah ketik, dsb. Saya sudah mengusahakan agar tak ada kekeliruan     sedikitpun juga, tapi kembali saya harus menghadapi kenyataan bahwa tidak ada     sesuatu yang sempurna.
Anda masih ingat dengan aksi Roberto Bagio (pemain sepak bola terbaik tahun     1994) yang menendang bola terlalu melenceng dari titik penalti, sehingga membuat     tim Italia gagal menjadi juara dalam piala dunia? Penonton yang melihat menjadi     kecewa atau bahkan marah besar karena tak seharusnya pemain sekaliber Roberto     Bagio gagal mengeksekusi tendangan penalti. Namun itulah hidup, tak ada yang     sempurna.
Tak ada yang sempurna. Jadi, berdamailah dengan ketidaksempurnaan yang sedang     kita alami. Berdamailah dengan kondisi fisik kita yang tidak sempurna. Jangan     pusingkan rambut kita yang terlalu keriting, postur tubuh kita yang terlalu     pendek, atau wajah kita yang biasa-biasa saja. Berdamailah dengan kesalahan     kecil yang tak pernah kita perhitungkan sebelumnya. Berdamailah dengan suasana     hati seandainya mobil kesayangan kita tergores panjang. Atau tak perlu terus-terusan     menyalahkan diri sendiri, orang lain, dan keadaan buruk yang sedang kita alami.
Berdamai dengan ketidaksempurnaan bukan berarti kita hidup dengan asal-asalan     atau tidak perlu berusaha dengan sebaik-baiknya. Kita tetap harus mengusahakan     segala sesuatu menjadi sebaik dan sesempurna mungkin, namun seandainya itu tidak     menjadi seperti yang kita harapkan, kita tidak perlu kehilangan kebahagiaan     oleh karena merasa tak sempurna. Kita bukan mahkluk yang sempurna dan anti kesalahan,     jadi mengapa harus menjadi frustasi dan kehilangan kebahagiaan ketika segala     sesuatu tidak berjalan dengan sempurna? Kita tetap bisa menjadi yang terbaik,     meski tidak sempurna. Ini hanya masalah cara pandang saja.
Maafkan diri sendiri ketika melakukan kesalahan. Maafkan orang lain ketika     ia tidak seperti yang kita harapkan
Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

4 komentar :

  1. Terima kasih atas renungan harian ini.Cukup membuat saya berkata," ya nothing is imposibble, all you need to do is keep walking and trying"

    BalasHapus
  2. :) Terimakasih renungannya

    BalasHapus