Instinctual Personality adalah pribadi yang sangat diatur oleh insting. Insting adalah respons terhadap stimulus yang ada di sekeliling, di luar diri kita. Insting biasanya bekerja tanpa akal sehat.
Jika kita tidak punya kesadaran yang tinggi, insting sangat mudah menguasai diri. Termasuk di dalam komunikasi suami isteri, lihat contoh di bawah ini:
Seorang suami sewaktu pulang kerja, senang sekali. Sepanjang perjalanan menyetir mobil, ha-ha-hi-hi sambil mendengarkan musik yang disukai.
Tidak terasa sudah sampai di rumah. Bunyikan klakson Tin Tin! Tin Tin! Biasa istrinya selalu sigap bukakan pintu. Tapi sore itu, apa yang terjadi? Rupanya sang isteri ketiduran. Begitu pulas. Klakson mobil 100 dB saja tak kedengaran. Tidak nongol. Tin Tin satu kali, tidak ada yang buka pintu. ”Waduh, mana sih, lama amat?”
Dahinya mulai berkerenyit. Tin… Tin…. dua kali, tidak nongol juga. Sekarang mulutnya mulai berdecak-decak,”Ck…Ck…Ck…” Tin…. Tin….. yang ketiga, tambah kencang. Sang suami mulai pikir, ”Ah, ini pasti ketiduran lagi, dasar malas!” Mulai marah, dikuasai instingnya. Saat ketemu isteri, heran.. sudah tidak bisa bicara apa-apa. Tidak mampu lagi menyapa dan bersenda gurau, suka citanya lenyap. Yang ada hanyalah gerutuan dan marah-marah.
Masuk rumah tidak mau lihat isterinya tapi nanya dengan ketus, ”Kenapa sih sampai saya harus buka sendiri?”
Isterinya menjawab,” Lho, bukannya tidak mau keluar, tadi saya ketiduran.”
Suaminya balas, ”Tidur melulu, sudah tahu jam segini saya pulang.”
Akhirnya mereka berdiam diri, kalau ngomong ntar ribut lagi.
Ah…Tidak semua hal dalam hidup ini bisa diatur sesuai keinginan kita, bukan?
Isteri memang ketiduran. Lalu kenapa? Mungkin cape. Mengurus rumah seharian, tidak ada yang membantu. Jadi, tidak selalu bisa mengharapkan pasangan kita dalam kondisi ekstra prima.
Orang yang dipengaruhi insting tidak dapat berpikir jernih, tindakan sesuai instingnya saja.
Kepribadian yang dipengaruhi insting, mempengaruhi caranya berkomunikasi, kecakapan mengatasi konflik dan keintiman. Dalam situasi ini akhirnya pasangan suami isteri tidak bisa intim.
Sampai malam, apa yang terjadi pada sisa hari itu?
”Ya sudah, kamu ini bikin saya kesal.” Sang suami mungkin terus berdiam di dalam kamar, nonton TV dan diam seribu bahasa. Nila setitik, rusaklah susu sebelanga.
Pada contoh di atas, komunikasi suami isteri berbenturan dengan insting. Bagaimana menolong diri yang dikuasai insting? Mulailah dari kepekaan, bertanya pada diri sendiri,”Kenapa yah, kok saya mendadak marah? Apa sih yang membuat saya jadi marah? Apakah hal seperti ini seharusnya membuat saya marah?”
Untuk menjaga supaya insting tidak menguasai, kita harus mengetahui kelemahan pribadi. Mempersiapkan diri dengan berbagai kelengkapan. Contohnya: Kalau saya pulang dan sudah malam, tidak dibukakan pintu. Ya sudah, saya buka saja sendiri. Memang di gantungan kunci mobil saya ada kunci rumah. Begitu masuk, oh… rupanya sudah tidur, pantas ga kedengaran. Yah sudah… santai saja tak usah ngamuk.
Insting jika menguasai, membuat orang sulit ditebak. Apa maunya? Kok mendadak jadi begini? Kok mendadak bisa begitu? Mudah berubah-ubah. Sangat menyusahkan pasangan.
Karenanya, diskusikan dengan pasangan Anda, tanya: Menurut kamu, apakah saya ini orang yang gampang atau sulit ditebak? Cerna jawaban pasangan Anda. Seyogyanya, melalui tahun-tahun pernikahan, Anda menjadi orang yang predictable sehingga tidak menggelisahkan pasangan Anda. Malah, Anda menjadi pribadi yang mudah diajak bekerja sama karena mau mendengarkan kebutuhan pasangan Anda dan bukan melulu hanya mengikuti kemauan insting yang sulit diduga.
Credits : Chang Khui Fa (changkhuifa.com)
0 komentar :
Posting Komentar