15 Oktober, 2012


Bacaan: Yeremia 27:9-11

Mengenai kamu, janganlah kamu mendengarkan nabi-nabimu, juru-juru tenungmu, juru-juru mimpimu, tukang-tukang ramalmu dan tukang-tukang sihirmu...- Yeremia 27:9


Banyak orang Amerika menganggap “Friday the Thirteenth” atau hari Jum’at yang jatuh pada tanggal 13 sebagai hari buruk. Kepercayaan ini mungkin dihubung-hubungkan dengan hari penyaliban Tuhan Yesus yang jatuh pada hari Jum’at. Hukuman mati bagi para penjahat biasanya juga dilaksanakan pada hari Jum’at. Begitu hebatnya mitos itu, bahkan para nelayan pun tidak mau melaut pada hari Jum’at. Lalu ada apa dengan angka 13? Besar kemungkinan hal itu dikaitkan dengan orang ke 13 (dipercayai sebagai Yudas Iskaryot) yang duduk dalam perjamuan terakhir. Kita hampir tidak pernah menemukan kamar hotel dengan nomor 13 atau rumah dengan nomor 13 karena mitos tersebut. Mereka menyebut angka 13 sebagai angka sial. Dari kombinasi ini banyak orang mempercayai bahwa hari Jum’at yang jatuh pada tanggal 13 adalah hari yang sial karena banyak setan berkeliaran.
Meski kita hidup di jaman post-modern, uniknya hal-hal yang berbau mistis masih terus dipercayai. Dalam dunia bisnis yang notabene rasionalitas menjadi tolak ukur, praktek mistis masih juga terjadi. Misalnya, sebelum membangun sebuah pabrik, harus ditanam dulu sebuah “tolak bala” untuk mengusir setan-setan di area tersebut. Pada hari-hari tertentu masih ada juga slametan agar usaha tetap berjalan lancar tanpa ada gangguan.
Yang menyedihkan, tidak hanya orang dunia yang mempercayai klenik-klenik seperti itu, banyak orang Kristen juga masih terlibat di dalamnya. Masih ada juga orang Kristen yang percaya bahwa nasibnya ditentukan oleh garis tangannya, padahal seharusnya kita tahu bahwa nasib kita tidak ditentukan oleh garis tangan kita, melainkan oleh tangan kita! Menyedihkan melihat bahwa banyak orang Kristen masih saja kompromi dengan berhala demi melihat usahanya berhasil atau mendapatkan kekayaan. Jelas-jelas Firman Tuhan melarang kita untuk kompromi dengan dosa penyembahan berhala. Itu adalah kekejian di mata Tuhan. Jika saja masih ada praktik mistis yang kita lakukan, hendaklah kita berani mengambil keputusan untuk meninggalkannya. Sebaliknya kita berani mempercayakan hidup kita kepada Tuhan sepenuhnya.
Nasib kita tidak ditentukan oleh garis tangan kita, melainkan oleh tangan kita.

0 komentar :

Posting Komentar