19 Agustus, 2013



Bacaan: II Korintus 10:12-18

.... atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu...- II Korintus 10:12



Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau daripada rumput kita, demikian kita berpikir. Sementara pada waktu yang sama, tetangga kita sedang merenungi rumputnya yang malang dan iri dengan rumput kita. Bukankah ini aneh? Meski aneh, toh banyak orang yang melakukannya. Padahal seharusnya kita tak perlu membandingkan-bandingkan diri kita terhadap orang lain.
Saat kita membandingkan diri kita dengan orang lain, maka saya sudah membayangkan apa yang selanjutnya akan terjadi. Anda akan membusungkan dada dan terjebak dalam kesombongan ketika orang lain levelnya berada di bawah Anda. Sebaliknya, Anda akan tertunduk lesu dan merasa rendah saat orang lain jauh melampaui Anda. Selain itu membandingkan diri dengan orang lain akan membuat kita tergoda menjadi orang lain. Meninggalkan keunikan yang ada pada kita dan meniru-niru orang lain. Kita menggadaikan kepribadian kita yang unik dan melakukan penyamaran demi menjadi orang lain. Aneh bukan?
Harusnya kita tak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain hanya meninggalkan sederet akibat buruk yang berujung kepada keluhan. Apalagi kita membandingkan diri kita yang sedang berada dalam lembah dengan orang lain yang sedang berdiri di atas puncak. Kita pun akan merasa iri dan berprasangka bahwa Tuhan tidak adil. Itu seperti kita membandingkan diri kita yang tak dikenal dengan Elvis Presley yang sangat populer. Kita berpikir tentu akan sangat bahagia jika kita menjadi Elvis, sementara akhirnya kita tahu orang sepopuler Elvis ternyata tidak sebahagia yang kita kira, sebab hanya untuk bisa memejamkan mata untuk beberapa saat lamanya saja ia harus menenggak banyak obat tidur.
Daripada membandingkan diri dengan orang lain, harusnya kita mengucap syukur dengan keberadaan kita dan menerima diri kita sendiri apa adanya. Termasuk dengan segala keunikan-keunikan yang ada pada kita, masalah-masalah kita atau kesuksesan-kesuksesan yang berhasil kita capai. Mengapa selalu tergoda membayangkan menjadi orang lain kalau kita bisa bahagia dengan menjadi diri kita sendiri? Mengapa harus membuat potret kita pas dengan pigura orang lain atau mencoba memasukkan potret orang lain ke dalam pigura kita?
Dengan siapakah kita sering membandingkan diri kita? Tuliskanlah nama orang itu dan pastikan bahwa Anda kembali menyukai diri Anda sendiri apa adanya.

0 komentar :

Posting Komentar