13 Maret, 2014


Bacaan: yeremia 18:1-11

Apabila bejana yang sedang dibuatnya rusak..., ia mengerjakannya kembali ... - Yeremia 18:4


Jika ada kesempatan, saya ingin bertamu di rumah Anda. Bukan bermaksud apa-apa, hanya ingin memastikan argumentasi yang saya buat bahwa hanya foto keluarga yang bagus sajalah yang pasti Anda pajang di ruang tamu. Foto yang membuat kita tampak lebih ganteng atau lebih cantik selalu kita pajang, sementara foto kita dengan pose yang sangat buruk tak pernah kita perlihatkan. Foto dengan rambut acak-acakan. Foto dengan mulut menganga. Foto dengan mata terpejam sebelah. Atau foto dengan penampilan yang jelek pasti akan kita buang. Bukankah benar argumentasi saya? Saya tidak pernah menemukan seseorang yang cukup pede memajang fotonya yang buruk di ruang tamu.
Bisakah Anda bayangkan bahwa Tuhan memiliki foto kita? Kita adalah foto-foto terbaik yang Tuhan miliki. Kita adalah foto-foto terbaik yang hendak ditunjukkan Tuhan kepada dunia. Foto yang pantas untuk dipajang. Foto yang sama sekali tidak memalukan kalau hendak dipamerkan. Foto yang membuat banyak orang berdecak kagum dan bertanya-tanya siapa yang empunya foto ini. Lalu bagaimana dengan foto yang buruk? Foto itu tak akan pernah dipajang, diperlihatkan pun juga tidak. Sungguh memalukan. Akan ditertawakan. Hanya akan mengundang cibiran. Dan mungkin dilirik pun juga tidak!
Dalam istilah yang lebih akrab, kita adalah bejana-bejananya Tuhan. Ia menghendaki bejana yang indah dan sempurna. Bejana yang cemerang dan tak bernoda, sehingga banyak orang terkagum-kagum dibuatnya dan pada akhirnya mereka memuliakan Allah. Ini sebenarnya hendak menunjukkan seperti apa kehidupan rohani kita. Akankah kita bejana yang baik ataukah kita bejana yang sedemikian buruk? Apakah kita foto yang keren kalau saja dipajang, ataukah kita ini foto yang begitu memalukan kalau sampai terlihat banyak orang?
Demi membentuk kita menjadi bejana yang indah, Tuhan pun tak segan-segan lagi membersihkan, membuatnya cemerlang, bahkan kalau perlu menghancurkannya agar bisa dibentuk kembali. Sudahkah hidup kita menjadi bejana yang indah sebagai hasil polesan Sang Maestro Agung? Sudahkah hidup kita menjadi berkat dan menjadi kesaksian yang baik? Bukan mempermalukan tapi mempermuliakan Tuhan? Kira-kira cukup pantas tidak kalau foto kita dipajang Tuhan?
Siapkan diri untuk menjadi bejana yang indah atau menjadi foto yang terbaik bagi Tuhan.

0 komentar :

Posting Komentar