05 April, 2014


Bacaan: Mikha 7:7-8

Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula.- Mikha 7:8


Saya pernah mendengar kisah seorang pelukis jalanan yang tinggal di sebuah kota kecil. Namanya George. Ia gemar melukis di trotoar jalan dengan kapur warnanya. Ia membuat jalanan yang biasa menjadi luar biasa. Karyanya sering dipuji para pejalan kaki yang lewat ketika ia menuangkan imajinasinya di atas trotoar jalan. Suatu saat ia menghilang dan tak melukis seperti hari-hari yang lalu. Ternyata ia mempersiapkan satu rancangan gambar yang telah lama ia pelajari untuk dilukis di suatu ajang lomba tahunan di sebuah desa. Hingga pada waktunya ia datangi desa tersebut dan ia ternyata punya banyak pesaing. Tapi tetap saja para penonton riuh memberi semangat pada George.
Semua peserta sudah tampak menyerah melihat lukisan George yang hampir selesai. Tapi tiba-tiba langit mulai mendung dan rintik hujan mulai membasahi lokasi lomba. Hujan kian deras dan habislah impian George untuk meraih gelar juara tahunan itu. Goresan kapur yang indah yang menuai banyak pujian tak kuasa menahan hujan yang menghapus gambarnya. Semua persiapan George harus berakhir hanya karena tetesan air hujan, bahkan ia di tertawakan oleh para pesaingnya karena kegagalan hari itu.
Mungkin cerita seperti di atas tidak jauh beda dengan daftar sejarah kegagalan kita dalam suatu tantangan hidup. Entah dalam hal pekerjaan, rumah tangga, persahabatan, hingga dalam hal pelayanan gereja. Kita mungkin sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat baik, bahkan dengan sangat sempurna. Tapi apa daya, kegagalan kadangkala tak pandang bulu. Tak peduli betapa kita sudah berkorban begitu banyak dalam mempersiapkan semuanya itu.
Meski kegagalan terjadi, jangan biarkan hal itu menjadi alasan untuk menghentikan langkah hidup kita. Sebab Tuhan berjanji bahwa masa depan sungguh ada, dan harapan kita tidak akan hilang. Dalam situasi seperti ini kualitas hidup kita sungguh diuji. Apakah kita akan menyerah kalah? Ataukah sebaliknya kita berani menerima kegagalan itu dan mengulanginya lagi dari awal? Di sinilah dibutuhkan jiwa yang besar, bukan jiwa yang kerdil. Hanya orang dengan jiwa yang besar lah yang sanggup berdamai dengan kegagalan dan menjadikan sebuah titik balik yang luar biasa bagi kesuksesannya di waktu yang akan datang.

0 komentar :

Posting Komentar