27 Juli, 2011


By: Pastor Alvi Radjagukguk

Kebaikan Tuhan tidak bisa diukur oleh standar manusia. Saat kita tidak baik, Dia tetap baik. Saat kita tidak setia, Dia tetap setia. Saat kita tidak mengampuni orang lain, Dia tetap mengampuni dan menerima kita apa adanya. Saat kita tidak menyembah Tuhan, Dia konsisten mengasihi kita. Tuhan tidak moody.

Manusia bisa berubah, Dia tak bisa berubah karena tak bisa menyangkali diriNya. Dia adalah Allah Immanuel. Dia stabil, kita ababil yang masih seperti orang baru kenal Tuhan atau kadang percaya dan kadang tidak.

Life can only be understood backwards, but it has to be lived forward. Saat kejadian mungkin kita belum bisa melihat kebaikan Tuhan. Mungkin kita ‘ngambek’ sama Tuhan dan berpendapat Tuhan tidak baik. Namun saat menengok ke belakang baru kita sadar, “oh, itu toh maunya Tuhan…”

Hidup tidak berhenti. Oleh karena itu, orang yang tidak percaya Tuhan perkembangannya tidak akan terlalu cepat. Orang tersebut harusnya sudah mengalami percepatan atau akselerasi tapi ketidak percayaannya membuat dia berjalan terseok-seok karena masih berpikir, “apa maksudnya ya?”

Yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang. Bukan karena kita tidak mengerti lalu kehidupan berhenti. Jangan jalan di tempat. Bukan berarti kita putus dengan pacar lalu tidak pacaran lagi. Bukan berarti dibilang suara kita fales lalu tidak jadi WL lagi. Bukan karena kepahitan dengan teman komsel lalu tidak datang komsel lagi.

Saya lahir di keluarga “Bacin” alias Batak Cina. Ini sangat menguntungkan karena saya jadi mengerti batak dan cina meski waktu SMP saya di-bully teman karena tidak memberi contekan. Mereka berkata, “dasar cina, pelit lu!” saya tersinggung karena dua hal. Pertama saya tidak cina-cina amat, kedua saya percaya bahwa cina tidak pelit.

Tuhan ijinkan saya dulu mendapat didikan keras dari ayah sehingga sekarang saya menjadi pribadi yang tegas, keras, kuat, dan tidak gampang menyerah. Dulu kalau saya tidak mengerti matematika, air langsung disemprot ke muka. Tapi sekarang saya jadi jago matematika.

Dulu saya tidak mengerti mengapa harus mengalami semua itu. Sekarang saya menjadi pribadi yang tidak mudah putus asa dan pantang menyerah.

Saya pernah melewati masa-masa di mana mama mengalami kanker payudara dan pada saat bersamaan papa mengalami stroke yang ketiga sampai ia meninggal. Waktu itu, saya adalah satu-satunya anak di rumah. Melihat mereka berdua terbaring, hati saya hancur.

Satu kali kemo harganya Rp 3 juta. Saya pernah berkata, “Tuhan, mbok ya satu-satu sakitnya… Tolong schedule-nya ditime line.” Melalui kejadian tersebut, saya mengalami kesetiaan Tuhan yang tidak pernah meninggalkan saya.

Dunia pelayanan kadang lebih kejam daripada yang bukan pelayanan. Pertama kali melayani Tuhan, saya dituduh mencuri pedal sustain keyboard yang harganya Rp 40.000. Sekarang, setiap melihat sustain, saya melihat kebaikan Tuhan.

Kali lain, seorang penatua gereja berkata pada saya, “Alvi, urapan Tuhan kayaknya nggak turun kalau kamu yang memimpin. Kayaknya kamu harus ambil sabat dan enam bulan jangan melayani dulu.” Saya tidak mengerti bagaimana caranya mengukur urapan Tuhan. Waktu itu bagi saya sangat menyengsarakan.

Sekarang, saya jadi tahu bahwa pelayanan juga butuh urapan. Kita tidak bisa melayani karena jadwal atau hanya mau tampil tanpa kuasa Tuhan.

Saya juga tidak mengerti saat orang yang saya muridkan sebagai wakil DATE selama 3 tahun tiba-tiba mengkhianati saya. Padahal dia “gelepar-gelepar” sendiri saat berdoa dan sudah berubah dari hidup lama menjadi hidup yang baru. Dia bahkan mengajak saya berkelahi fisik.

Melihat sekarang, saya jadi mengerti. Sekarang saya sudah 18 tahun di DATE. Saya tidak trauma karena saya tahu Tuhan ada di tiap musim.

Belum ada jalan keluar tidak berarti tidak ada jalan keluar. Belum mengerti sesuatu tidak berarti menjadi sangat signifikan dalam hidup. Tidak melihat Tuhan bukan berarti Tuhan tidak ada. Lanjutkan hidup dan jangan berkubang pada ketidakmengertian akan berbagai hal.

Alkitab mencatat bahwa Ayub adalah orang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Tapi dia tetap kehilangan segalanya. Bukan karena kita dibenarkan Tuhan lalu hidup kita tiba-tiba menjadi nyaman.

Ayub 2:9-10
(9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
(10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

Waktu kita tidak mengerti apa yang sedang Tuhan kerjakan, hati-hati dengan mulut apalagi kalau itu berlawanan dengan karakter Tuhan. Kita menciptakan dunia dengan kata-kata kita.

Roma 8:28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

1.    Tuhan sedang mengerjakan kebaikan dalam diri kita SEKARANG
Kita tahu SEKARANG, Tuhan sedang mengerjakan kebaikan dalam diri kita, terlepas dari apakah kita mengerti atau tidak, bisa dilihat atau tidak. Kita perlu tahu kebenaran ini SEKARANG. Tuhan tidak menunggu kita mengerti lebih dulu baru mengerjakan kebaikan. Tuhan mengerjakannya SEKARANG.

Ketidakmengertian kita justru menjadi kebaikan yang Tuhan kerjakan. Kalai kita sudah mengerti semua kehendak Tuhan, kita tidak butuh Tuhan dan kita menjadi Tuhan. Dengan ketidakmengertian kita, Dia bisa mengonfirmasikan karakterNya sebagai pribadi yang setia, menjawab doa, dll.


2.    Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan KEBAIKAN
Kebaikan tidak berarti kenyamanan. Awalnya mungkin tidak nyaman tapi ujungnya adalah kenyamanan. Oleh karena itu, Tuhan mengijinkan kita mengalami kejadian-kejadian yang perlu kita alami, bukan yang ingin kita alami.

Tuhan tidak menjanjikan sesuatu yang nyaman. Tidak geran Tuhan kirimkan orang dengan berbagai karakter agar kita berubah. Tuhan kirim papa-mama, mertu, menantu, suami/isteri, kolega, bos, tim leader, dan sebagainya. Tuhan lebih tertarik mendewasakan kita daripada menyamankan kita sehingga kita mampu melihat gambaran besar dari rencana Tuhan.

Satu hal yang tidak membawa kita ke mana-mana adalah zona nyaman termasuk kenyamanan dalam Tuhan. Memang Tuhan berkata supaya yang lemah dan berbeban berat datang padaNya tapi Tuhan juga ingin membentuk karakter kita.

3.    Mengasihi Tuhan membuat kita mengerti kebaikanNya
Mengasihi Tuhan artinya percaya Tuhan meski realita tidak mengenakkan. Mengasihi Tuhan artinya mengerti bahwa tidak ada yang tidak baik dalam Tuhan meski kurang enak saat pertama kali dicerna.

Ketika Tuhan bicara langsung dengan tokoh-tokoh Alkitab, mereka tidak langsung mengerti. Yusuf mendapat mimpi akan menjadi raja saat usianya masih ABG. Saat bertemu Tuhan, Musa juga sempat mengelak dengan mengatakan bahwa dirinya gagap. Daud juga demikian.

Bahkan Yesus pun menunjukkan sisi manusiawinya saat berdoa menjelang penyaliban. Yesus berkata, “ya Bapa, biarlah cawan ini berlalu tapi biar kehendakMu yang jadi.” Ini adalah konfirmasi. Yesus lebih memilih percaya pada hati Bapa yang mengirimNya ke dunia.

4.    Tuhan bukan Tuhan yang iseng
Dia tidak melakukan sesuatu tanpa tujuan. Kalau ditanya “mau makan di mana?”, sering jawaban kita adalah “terserah”. Tuhan akan berkata, “lebih baik di A, B, C karena …….” Tuhan tahu persis. Dia merancangkan skenario atas hidup kita. Dia bukan Tuhan yang iseng. Tiap perkara yang terjadi dalam hidup kita pasti ada kaitannya dengan rencana Tuhan.

Bahkan mimpi besar kita sekalipun. Mimpi besar berarti proses yang besar. Tiap hal yang Tuhan ijinkan terjadi, ada tujuannya. Tuhan bahkan dapat memutar balikkan keadaan buruk. Tuhan tidak pernah kehabisan akal dan kreativitas untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Hati Tuhan selalu ingin mendatangkan kebaikan.

Mazmur 27:13
Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup!

Selama Daud hidup, Daud yakin betul hati Tuhan adalah untuk kebaikan. Hati Daud melekat pada Tuhan: kalah-menang, takut, bahkan habis berzinah pun Daud menulis Mazmur. Bahkan kegagalan dan kebodohan yang Daud lakukan, Tuhan bisa mengubahnya menjadi kebaikan.

Filipi 1:6 (MSG)
Every time you cross my mind, I break out in exclamations of thanks to God. Each exclamation is a trigger to prayer. I find myself praying for you with a glad heart. I am so pleased that you have continued on in this with us, believing and proclaiming God's Message, from the day you heard it right up to the present. There has never been the slightest doubt in my mind that the God who started this great work in you would keep at it and bring it to a flourishing finish on the very day Christ Jesus appears.

Jika saat ini kita sedang down atau faithless, perkatakan firman ini selalu, sehari tiga kali seperti minum obat. Tuhan yang memulai, Tuhan yang mengakhiri dengan cara yang betul-betul tidak terpahami oleh benak kita (flourishing finish). If God brings go to it, He will nring you through it. Dia bukan Tuhan yang setengah-setengah.

Mazmur 92:13-16
(12) (92-13) Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon;
(13) (92-14) mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita.
(14) (92-15) Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar,
(15) (92-16) untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.

Orang curang biasanya mau menang sendiri. Curang artinya ada agenda pribadi. Tuhan tidak seperti itu. Dia tidak punya agenda tersembunyi yang negatif terhadap hidup kita. Oleh karena itu, kita selalu bisa mempercayai hati Tuhan.

If I cannot trace His hands, I can always trust His heart (Charles Spurgeon). Jika saya tidak mengerti campur tangan Tuhan, saya bisa percaya hatiNya yang selalu mendatangkan kebaikan.

Credits : Ishak Surya

0 komentar :

Posting Komentar