16 Agustus, 2011



Presiden Amerika ke 26, Theodore Roosevelt pernah ditanya, “Dengan siapa Bapak paling senang meluangkan waktu?” Ternyata dia paling senang menghabiskan waktu dengan keluarganya dibandingkan dengan petinggi manapun. Rumah menjadi sorga yang aman di tengah badai.

Sepadat-padatnya hidup, kita harus mencipta satu prioritas bahwa keluarga diutamakan, berarti ada waktu bersama keluarga, waktu seperti apa saja yang kita ciptakan?

a. Acara Spesial. 

Misalnya, hari ulang tahun. Jangan lupakan hari itu. Berhentilah bekerja sesaat dan sempatkan mencari hadiah bagi kekasih Anda. Saya ingat pernah seharian mencari hadiah buat Liana. Seharian? Yah seharian! Karena saya ingin membahagiakannya. Sungguh mati tidak mudah mencari hadiah yang cocok bagi seorang wanita. Maksudnya cocok dengan kantong saya juga. He-He-He.

Bagi anak, mungkin saat anak-anak ingin ayah melihat kehebatannya, di hari pertandingan anak.

Cuma 5 Menit!

Ada seorang anak yang senang bermain baseball, sangat kecewa kepada ayahnya. Padahal ia sangat mengharapkan ayahnya bisa menonton.

Pada hari pertandingan, betul ayahnya datang bersama dua orang temannya. Pertandingan belum dimulai. Anak ini sudah senang. Biasa show off, mau ayahnya melihat kehebatannya. Tapi apa yang terjadi? Ayahnya hanya lima menit di stadion itu! Absen saja. Ayahnya pergi sebelum pertandingan dimulai, karena ada urusan kantor.

Anak ini berkata dengan sedihnya, ”Sungguh hari itu adalah hari yang paling mengecewakan dalam hidupku!”

Quality Time dihitung dari sisi orang lain dan bukan dari sisi kita. Merekalah yang menentukan apakah waktu yang dilewati berkualitas atau tidak.

Dalam cerita di atas, sutradaranya sang anak. Sang ayah pikir sudah memberikan Quality Time di tengah kesibukan yang luar biasa. ”Saya sudah hadir dalam pertandingan itu, yang penting kan aku datang walau cuma 5 menit. Aku sunggguh mendukung dia.” Bagi sang anak kehadiran sang ayah sungguh tidak ada gunanya.

Seorang ibu yang bekerja di kantor. Pulang kerja cape sekali, tetapi masih membacakan cerita sebelum anaknya tidur. Sang ibu menganggap itu sebagai Quality Time. Kalau sutradaranya sang anak, mungkin menganggapnya lain. Dia tidak senang mendengar cerita ibunya. Apalagi ceritanya sambil keluh kesah (cape sih), jelas tidak seru dan tak menarik.

Lalu, apa yang disenangi anak ini? Dia mau ibunya mendengarkan, ”Ma, banyak cerita yang aku mau ceritakan ke mama.” Tapi ibunya tidak pernah tanya. Mama selalu bilang,” Besok aja ya ceritanya, mama mau tidur dulu.”

Apakah investasi tiap malam akan diingat sang anak saat beranjak dewasa? Anda pikirkan sendiri....Ingat, sutradaranya anak-anak. Merekalah yang memilah masa-masa indahnya sendiri dan membuang semua ingatan buruk.

Persisnya, Quality Time tidak mungkin dipisahkan dari Quantity Time.

b. Kebutuhan penting.

Jangan sampai saat ada anggota keluarga sedang ada kebutuhan penting kita tidak hadir. Tiga kali Liana melahirkan, Puji Tuhan! Saya selalu mendampinginya.

Menjadi saat-saat yang indah sekaligus mendebarkan! Saya berdoa baginya, agar persalinan berjalan sempurna. Sungguh Tuhan menjawab, semuanya lancar. Liana melahirkan ketiga anak kami secara normal dan cepat tanpa bete di rumah sakit.

c. Mencipta waktu untuk bergembira .

Ada Fun, Leisure and Relax. Tanya anak-anak mau main ke mana? Mau melakukan apa

Tertawa adalah obat bagi manusia untuk melanjutkan kehidupannya. Waktu kecil kita senang tertawa, tetapi sekarang mungkin sangat irit ketawanya. Carilah kegembiraan, asal jangan berbuat dosa.

d. Waktu berduaan.

Theodore Hersburg pernah berkata: Harta penting yang diperbuat seorang ayah bagi anak-anaknya adalah mengasihi ibu mereka. Hal terpenting bagi ketiga anak kami adalah: “I Love you, Liana and always love you.” Seperti lagunya Whitney Houston era 90-an.

Sekali lagi, Happy Father's Day! Kiranya Tuhan menolong setiap papa untuk berfungsi maksimal dan menjadi kebanggaan keluarga juga kebanggaan Tuhan!

Best Regards,

Ev. Chang Khui Fa(source)

0 komentar :

Posting Komentar