12 Agustus, 2011



Bab ini ditulis Chang Khui Fa bersama Daniel Rahardja

Jika Anda tidak punya waktu untuk berdoa dan merefleksikan hidup Anda di hadapan Tuhan, berarti Anda benar-benar tidak punya waktu, tidak punya waktu untuk meraih kesuksesan.


Tuhan memberi kepada setiap orang limit waktu yang sama 24 jam sehari.

Dalam waktu yang sementara, apa yang Anda kejar? Hidup manusia seperti rumput yang ada dan sebentar hilang. Tuhan menciptakan manusia berbeda dari ciptaan lainnya. Manusia diberikan kekekalan. Hanya manusia yang bisa berhubungan dengan Penciptanya. Cuma manusia yang diberikan penebusan. Hanya manusia yang diberikan kesempatan mengalami kehidupan setelah kematian. Dan hanya mereka yang percaya kepada Yesus, akan beroleh hidup yang kekal.


Musa dalam doanya mengatakan,”Ajarlah kami menghitung hari-hari, supaya kami beroleh hati yang bijaksana.”[i]

Hati yang bijaksana diperoleh dengan menghitung hari. Hari yang manusia jalani sangat terbatas. Mengetahui hal ini, apa yang akan Anda kerjakan dalam waktu yang terbatas itu?


Pengkotbah menuliskan, segala jerih lelah yang dilakukan manusia di bawah matahari, semua adalah kesia-siaan.[ii] Apakah Anda mau melakukan kesia-siaan itu? Tenggelam dalam kesibukan yang padat, bahkan saking padatnya sampai mengambil harta yang paling berharga yaitu kesehatan, kesukacitaan, kebersamaan bahkan kekekalan...

=======

Stress Kelibas Waktu (Daniel's Story)

Ini pengalaman saya beberapa waktu lalu. Sebenarnya saya masih muda and ganteng, tapi mata sayu dengan sekeliling menghitam dan berkantung, badan lemas, tak bersemangat, tak bergairah, muka boros (lebih tua dari umur), cepat lelah, konsentrasi berkurang, reaksi melambat. Wah ini udah tinggal nunggu, nunggu sakit!

Itu terjadi waktu permulaan masuk sekolah teologi, karena di saat yang sama juga harus pelayanan. Namanya juga pola...maka after selesai studi dan melayani penuh waktu di gereja pun tetap mengalami hal yang sama.

Biasanya tekanan darahku cenderung rendah (60/90), tetapi pagi itu jantungku berdebar kencang saat mau pergi ke persekutuan hamba Tuhan. Kemudian kuurungkan niat and pergi ke dokter...alhasil tekanan darahku berbalik menjadi 100/150!! Ya Ampyun!! Aku shock tersentak kaget luar biasa! Apa yang terjadi??

Dua dokter yang berbeda kudatangi. Keduanya kompak mengatakan bahwa kemungkinan besar aku dilanda stress! Spontan aku tertawa dan berkata, “...Ha Ha Ha...Masa sih saya stress dok?” Dalam hati, maunya kusangkal bahwa aku stres, apa kata dunia! Masa Hamba Tuhan stres? Hamba Tuhan stress mau konselingin orang stres, sama-sama stres dong?! Satu sama! Dasar stress!!

=======

Jadi tetap mau melakukan kesia-siaan itu? Tentu semua orang serempak akan mengatakan, “Tidak!” Tapi apa solusinya? Apa yang harus kita kerjakan?


Hidup Ditelan Waktu

Bermilyar-milyar manusia telah hadir di dunia ini sepanjang zaman. Mereka hadir bukan karena keinginannya sendiri. Sembilan bulan berada dalam rahim, lalu... tahu-tahu nongol masuk dalam kancah kehidupan di dunia.

Sepanjang zaman, manusia datang dan pergi silih berganti seperti siklus yang berputar tiada henti. Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.

Berapa lama manusia hidup? Musa, abdi Allah berkata dalam doanya, ”Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” [iii]

Menyadari singkatnya hidup manusia, Rasul Paulus berkata, ”Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”[iv] Dalam bahasa Inggrisnya: the days are evil. Kenapa jahat? Detik demi detik jam berdetak, hari demi hari berlalu, memakan habis hidup manusia yang berada di dalamnya. Begitu waktunya tiba, tiada ampun! Tak ada yang bisa melakukan apapun, seluruh aktivitas terpaksa berhenti. Hidup manusia dari debu pasti kembali menjadi debu.

Waktu om saya (Khui Fa) meninggal, dia sempat berpesan pada anak isterinya, ”Nanti kalau saya meninggal, dikremasi saja ya.” Kenapa dikremasi? Kok nggak dikubur? Dia takut, kalau-kalau kuburannya bakal terbengkalai. Tidak diurus sama anak- cucunya. Kuburan seperti Tanah Kusir, tiap 3 tahun harus diperpanjang kontraknya. Jika 2 X 3 tahun tidak diperpanjang, kuburannya digusur. Yang hidup saja bisa digusur, apalagi yang sudah mati.

Entah dikubur atau dikremasi, terserah! Tapi apa yang terjadi setelah itu? Hari-hari yang terus berjalan, pelan-pelan namun pasti mulai mengikis memori dan kenangan akan seorang yang pernah hidup!

Pasti om saya masih diingat oleh anak dan ponakannya (generasi pertama dan kedua), tetapi apakah cucunya akan ingat? Generasi ke tiga, dan berikutnya sudah hampir-hampir lupa. Mengapa? Karena realita kehidupan selalu berjalan maju ke masa yang akan datang. Tidak pernah ke belakang. Kita memandang selalu ke depan dan tidak pernah menengok kembali ke masa lalu.

Saya sendiri sudah tidak tahu nama kakek saya, apalagi nama papanya kakek. Totally lost…

Waktu berjalan menelan habis kehidupan manusia sampai totally completely tidak berbekas menyebabkan kehadirannya di dunia seolah-olah tidak pernah ada!

Best Regards,

Ev. Chang Khui Fa (source)

Taken from Book GARAM & TERANG for Youth, Road 6 Time Management vs Managing Activities

[i] Mazmur 90:12

[ii] Pengkotbah 1:3

[iii] Mazmur 90:10

[iv] Efesus 5:16

2 komentar :

  1. syalom ka valentino,

    saya mau tanya. kaka punya softcopy buku atau sources dari postingan tentang manajemen waktu ?

    jika ada bolehkah saya minta?


    terima kasih :)

    BalasHapus
  2. Shalom #Marintan
    wah tidak punya, tapi bukunya bisa dicari di TB Gramedia.

    BalasHapus