15 Maret, 2012


Bacaan: Matius 5:1-12

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah empunya Kerajaan Sorga.- Matius 5:3


Saya harus berkata dengan jujur bahwa saya kesulitan memahami khotbah Tuhan Yesus di bukit. Saya tidak habis pikir mengapa orang yang miskin disebut sebagai orang yang bahagia. Apa enaknya jadi orang miskin? Tak ada keuntungan menjadi orang miskin. Namun akhir-akhir ini Tuhan membuka pandangan saya dan menunjukkan bahwa ternyata menjadi miskin ada untungnya juga, seperti yang pernah diungkapkan oleh Monika Hellwig.
  1. Orang miskin tahu mereka sangat membutuhkan penebusan, dibandingkan dengan orang berduit.
  2. Orang miskin akan lebih bergantung kepada Allah, sementara orang kaya akan bergantung kepada yang dipunyainya.
  3. Orang miskin tak menggantungkan rasa amannya pada apa yang dimilikinya, sedikit dekapan Bapa sudah lebih daripada cukup untuk memberi rasa nyaman.
  4. Orang miskin tidak merasa dirinya terlalu penting dan tidak punya kebutuhan berlebihan akan privacy.
  5. Orang miskin tidak mengandalkan persaingan, tetapi mengandalkan kerja sama.
  6. Orang miskin bisa membedakan antara kebutuhan dan kemewahan.
  7. Orang miskin bisa menunggu dengan sabarnya walau dalam kurun waktu yang lama, karena kesadaran bahwa ia sangat tergantung.
  8. Orang miskin punya rasa takut yang lebih sedikit dibanding dengan orang kaya.
  9. Saat orang miskin mendengar Injil, itu kedengaran seperti kabar baik, bukan seperti ancaman atau teguran.
  10. Orang miskin dengan mudahnya akan menerima panggilan Tuhan dan meninggalkan segalanya dengan totalitas penuh, karena mereka hanya akan kehilangan sedikit dan siap untuk menerima apa saja.
Apakah kalau begitu kita ramai-ramai menjadi miskin saja? Tentu bukan pengertian harfiah, tapi bagaimana sikap hati kita akan Tuhan benar-benar seperti orang miskin yang memiliki ketergantungan penuh. Silakan menjadi kaya, tetapi milikilah “mentalitas orang miskin dihadapan Allah.” Dengan hal ini kita bisa menikmati kekayaan kita tanpa harus terikat dengan kekayaan kita dan tetap menempatkan rasa aman kita kepada Tuhan. Itu sebabnya orang dengan “kualitas miskin di hadapan Allah” seperti tersebut di atas adalah orang yang berbahagia!
Pergilah ke sudut-sudut jalan, amatilah kehidupan orang miskin dan coba temukan sisi-sisi “kebahagiaan” yang mereka rasakan.


(Kwik)

0 komentar :

Posting Komentar