25 September, 2012


Bacaan: Amsal 28:13-14

Kebohongan selalu menghasilkan kebohongan selanjutnya. Kebohongan seperti spora yang berkembang cepat sekali di tempat lembab. Kebohongan enggak bisa ditutupi dengan apapun juga. Suatu saat ia akan terbongkar dan diketahui orang. Pepatah bilang sepintar-pintarnya kita menyimpan bangkai, baunya bakal tercium juga. Kebusukan enggak akan bisa kita tutupi dengan pewangi sewangi apapun.
Raja Daud tergoda saat menatap Batsyeba. Lalu apa yang dilakukannya? Dosa perzinahan terjadi dan dia melanggar kekudusan Tuhan. Apakah dosanya berhenti sampai di situ? Tidak. Justru itu adalah sebuah awal masalah yang lebih besar ibarat bom waktu yang mulai aktif dihidupkan. Ketika didapati bahwa Batsyeba hamil. Daud langsung shock dan mulai putar otak. Pikiran jahat mulai berkembang lebih “kreatif”. Tarik saja Uria dari medan perang, buat dia mabuk dan suruh dia pulang untuk tidur dengan istrinya. Bila beberapa bulan kemudian dia tahu istrinya hamil,.. berarti selamat... Tet-tot! Ternyata skenario pertama macet. Uria enggak mau pulang karena rasa nasionalisme dan solidaritasnya yang besar terhadap rekan seperjuangannya. Betapa seharusnya ini merupakan tamparan yang keras bagi Daud. Dia mengkhianati kesetiaan prajuritnya sendiri. Tapi karena dosa lebih menguasai hatinya, akhirnya Daud membunuh Uria dengan menempatkannya di barisan terdepan dan meninggalkannya di sana hingga gugur di medan perang. Setelah itu, Batsyeba diambil menjadi istri Daud. Apakah persoalannya selesai? Tidak. Tuhan memberikan hukuman yang harus ditanggung keturunan Daud. Keluarganya tercerai berai dan saling membunuh.
Persis seperti bola salju yang menggelinding makin lama makin besar, itulah dosa kebohongan. Bukankah kita juga seringkali melakukannya? Menutupi dosa dengan dosa lainnya dan baru sadar setelah masalah membesar dan meledak. Girls, penyelesaian dari kebohongan adalah mengakui dan bertobat serta menghentikannya. Akhirnya Daud bertobat dari jalannya yang jahat dan mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Meski konsekuensi perbuatannya tetap ada, namun kasih karunia Tuhan memampukannya menanggung semuanya itu. Belum terlambat untuk bertobat hari ini. Akui dan tinggalkan kebohongan yang kita buat.

0 komentar :

Posting Komentar