19 Oktober, 2012


Astri hanya bisa menangis mengingat perlakuan Evan yang lama-lama udah diluar batas. Di dalam kamarnya yang tertata manis, Astri tersedu-sedu, tak kuasa menata hatinya semanis dia mampu menata kamarnya. Berbagai macam perasaan berkecamuk di dalam hatinya, tapi yang paling jelas adalah perasaan menyesal namun tak berdaya mengubah keadaan itu.
Saat itu malam minggu, Evan mengajaknya puter-puter kota dengan motor kebanggaannya. Tiba-tiba Evan meminggirkan motornya di sebuah taman yang sudah tidak terawat. Mulanya mereka ngobrol biasa, tentang hidup, masa depan, dsb. Malam seakan mengantar mereka pada suasana yang belum pernah Astri rasakan. Evan memeluk dan mencium Astri dengan lembut. Namun sesaat kemudian Astri merasakan tangan Evan mulai bergerilya di tubuhnya, namun dia nggak bisa menolak. Astri nggak berani berbohong kalau sebetulnya dia pun menikmati sensasi yang baru pertama kali ini dirasakannya.
Beberapa menit kemudian barulah Astri menyadari kesalahannya. Astri buru-buru menepis tangan Evan dan sambil menangis minta diantar pulang. Evan seakan juga tersadar, “Mma…maafkan aku, Sayang!! Aku…aku…lupa diri…” Setelah lama dibujuk, akhirnya Astri memaafkan juga. Astri sadar, itu semua nggak murni kesalahan Evan. Kalau saja Astri tegas menolak, pasti nggak akan berlanjut.
Hari berganti hari Evan kembali mengulangi perbuatannya. Dan bodohnya, Astri pun memaafkan setelah Evan dengan meyakinkannya berjanji nggak akan mengulangi perbuatan itu. Kejadian seperti itu nggak sekali-dua kali aja, bahkan sekarang hampir setiap kali mereka bertemu mereka melakukan perbuatan yang nggak sopan itu. Emang sih, nggak sampai ML (Making Love). Awalnya. Sebelum kejadian sore ini terjadi.
Saat mereka berdua sedang nonton film romantis di rumah Evan yang kebetulan sedang sepi, akhirnya mereka pun jatuh dalam dosa perzinahan. Mereka menyesal, tapi sayangnya sudah terlambat!
Semua ini salah mereka! Cowok nafsunya lebih gede. Mereka pintar merayu, membujuk dan kalau perlu memaksa. Tenaga mereka jauh lebih kuat daripada kita para cewek. Hei...hei...hei... Wait a minute! Apa bener 100% salah mereka? Ternyata kaum kita pun ikut andil kesalahan ini ketika:
  • Kita nggak tegas berkata "tidak" Bagi cowok, selama mereka masih "sedikit" diijinkan mereka akan memanfaatkan sedikit kesempatan itu sebaik-baiknya. Makanya kita harus bisa tegas, say "NO" by doing it! Berkata tidak artinya nggak mau diajak berduaan di tempat sepi, nggak memancing keadaan (misalnya dengan sengaja berbaju seksi), nggak memberi toleransi untuk kesempatan ke2, ke3, ke4, dst... Kalo kita bilang "nggak" tapi tanpa tindakan tegas dan nyata, yah... sama juga boong deh! Kalo emang doi terus memaksa, jangan ragu untuk putus. Nggak akan rugi, kok!
  • Kita terlalu berani mengambil resiko Bermain air basah, bermain api hangus! Cewek yang berani ambil resiko pacaran yang nyerempet bahaya berarti udah siap menanggung resiko terburuknya. Jangan pernah merasa diri kuat, bisa ngerem mendadak, or bisa ngasih tau pacar kamu. Di saat lagi hot, siapa sih yang akan bisa mikir jernih? Kalo pun kamu merasa bisa ngerem mendadak, apa iya si doi juga bisa begitu?
  • Kita terkecoh dengan penampilan luarnya Salah banget kalo kita beranggapan mereka yang udah rajin ke gereja, aktif pelayanan, dsb nggak akan mungkin jatuh dalam dosa yang satu ini. Pacaran seiman masih tetap wajib waspada 'n selalu menjaga diri.
  • Kita mulai ikut menikmatinya Wah, kalo udah begini lebih repot! Dosa emang enak dilakukan, tapi nggak enak ditanggung akibatnya. Jangan biarkan diri kita dikuasai hawa nafsu! Kita harus menyadari dan mengakui bahwa kita telah melakukan hal yang salah dan segeralah bertobat selagi masih ada kesempatan!

0 komentar :

Posting Komentar