15 Maret, 2014


Bacaan: Yesaya 46:1-4

Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu ... - Yesaya 46:4


Anda tahu bagaimana rasanya kalau Anda duduk di sebuah kafetaria dan tak ada orang yang duduk di sampingmu. Rumah Anda menjadi begitu sunyi, tak ada lagi tawa atau tangis anak kecil yang memecah keheningan. Anda harus melewatkan hari Valentine sendirian saja, padahal usia Anda sudah mencapai kepala tiga. Anda berada di tengah keramaian, tapi jiwa Anda tidak bisa ditipu dengan kebisingan itu, Anda merasa kosong. Satu kata saja itu mewakili semua keadaan itu. Kesepian!
Kesepian kadangkala menjadi momok tersendiri. Begitu menakutkan bagi gadis yang umurnya mencapai kepala tiga namun belum ada pendamping. Begitu menakutkan bagi pasangan renta yang ditinggal anak atau cucu karena mereka berada di tempat yang jauh. Begitu menakutkan bagi mereka yang ditinggalkan orang-orang terdekat. Hatipun terasa kosong, saat kesepian datang menyergap.
Keramaian dan kebisingan tak akan pernah mengusir kesepian. Film atau tontonan yang menarik pun tetap saja menyisakan kehampaan. Menjelajah tempat-tempat indah juga tidak akan mengurangi rasa sepi kita. Tak ada obat penawar bagi kesepian selain kehadiran Kristus dalam jiwa kita. Mungkin terlihat begitu klise bagi kita yang mendengarnya, namun bukankah benar kata orang bijak bahwa di dalam hati kita ada satu ruang yang kosong dan ruang itu akan terisi kalau Kristus hadir dalam hati kita?
Ruang hati yang kosong telah terisi. Kehadiran Kristus akan mengusir kesepian. Suasana rumah boleh sunyi, tapi itu bukan berarti Anda dicekam kesepian lagi. Bukankah janjiNya begitu indah bagi kita? Ia akan selalu menyertai dan sekali-kali tidak pernah meninggalkan kita sendiri. Bahkan ketika rambut Anda telah beruban dan anak cucu tak lagi bersama Anda ada janji Tuhan yang begitu manis, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu.” Tuhan tahu rasa kesepian kita. Ia pernah merasa sepi saat di atas kayu salib. Murid-murid meninggalkanNya, bahkan BapaNya juga berpaling. Ia pernah kesepian, itu sebabnya Ia begitu peduli dengan orang-orang yang disergap rasa sepi. Lihatlah, Ia sekarang berdiri di depan pintu hati, menunggu untuk segera dibukakan supaya Ia segera bisa masuk dan mengisi kekosongan hati. Adakah Anda mau membuka pintu hati bagi Dia?
Tak ada obat penawar bagi kesepian kecuali kehadiran Kristus di dalam hati.

0 komentar :

Posting Komentar