07 Desember, 2011



Pastor Jeffrey Rachmat
JPCC

Seseorang bisa melihat karena matanya berfungsi. Seseorang bisa mempunyai visi karena mata hatinya berfungsi. Bukan berarti kalau mata jasmani dapat melihat, otomatis mata hati dapat melihat. Saya dapati ada orang-orang yang secara jasmani buta, tapi mata hatinya sangat melihat.

Mata kita hanya dapat melihat apa yang kelihatan di sekitar. Mata hati kita dapat melihat apa yang belum terjadi, yang dapat terjadi.


2 Korintus 4:17
Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

Diperlukan orang yang bisa melihat bahwa penderitaan yang ada sekarang adalah ringan dibanding kemuliaan kekal. Diperlukan orang yang bisa melihat dengan mata hati untuk tahu bahwa semua kesulitan, pergumulan, dan persoalan yang sedang dihadapi ringan dibanding kemuliaan yang akan datang. Jika mata hati tidak melek, kita tidak akan dapat melihat hal ini.

2 Korintus 4:18
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

“Sementara” berarti tidak akan selamanya demikian. “Sementara” berarti akan segera berlalu dan berubah. Itu sebabnya jika sekarang sedang jatuh cinta dan ke mana-mana selalu gembar-gembor bahwa pasangan kita cantik, tampan sekali, dan seterusnya, sah-sah saja namun rajin-rajinlah memfotonya karena apa yang kita lihat sementara atau tidak selamanya demikian.

Inilah kehebatan foto. Jika kemudian ia sudah “mekar” atau “mengecil” atau rambut sudah mulai hilang, mulai putih, perut maju, kita punya bukti bahwa ia dulu tidak demikian. Apa yang kelihatan akan segera berlalu, apa yang ada di sekitar kita akan segera berlalu.

Jika kita hanya berkonsentrasi pada apa yang kelihatan sekarang, hidup akan sulit ke mana-mana. Yang tidak kelihatan kekal. Jika yang kelihatan bersifat sementara, berita baiknya, demikian pula pergumulan dan persoalan yang sedang kita hadapi. Ini hanya bersifat sementara dan akan segera berlalu. Apa yang kita hadapi saat ini (rumah tangga, keuangan, PHK) adalah hal sementara.

Jangan terlalu berkonsentrasi pada apa yang kita lihat saat ini. Itu sebabnya kita harus bisa melihat ke depan. Orang yang dapat melihat belum tentu punya visi dalam hidupnya. Ada orang yang percaya bahwa mereka punya mimpi.

Mudah saja kita tahu apakah visinya solid atau tidak: perhatikan apakah seiring waktu ia makin dekat dengan mimpinya atau menjauh? Apakah yang ia kerjakan saat ini berhubungan langsung dengan apa yang ingin ia capai atau tidak?

Saya pernah masuk suatu gereja karena diundang memberi seminar. Saya datang beberapa menit sebelum seminar mulai. Waktu masuk, saya kaget karena hanya melihat satu orang di sana. Belum ada kursi sama sekali. Saat melihat saya, orang tersebut berkata, “puji Tuhan!” “Mengapa?” “Saya pikir seminarnya tidak jadi namun begitu melihat Anda, saya tahu seminarnya pasti jadi.”

Saya jawab, “belum tentu, karena kalau hanya anda yang datang, saya tidak mungkin berkhotbah hanya untuk anda sendiri saja.” Saya menunggu. Ternyata dia bukan anggota gereja di sana. Dia pun mendengar pengumuman bahwa ada seminar oleh Jeffrey Rachmat dan ia datang. Ia bertanya, “seminar sebetulnya jadi atau tidak?” Saya jawab, “tidak tahu. Mari kita tunggu bersama-sama.”

Kemudian saya melihat sebuah spanduk besar bertulis “Dream Chaser (pengejar mimpi)”. Saya jadi bertanya-tanya betulkan mereka orang-orang yang mengejar mimpi? Atau jangan-jangan mimpi mereka adalah mimpi yang tak dapat dikejar? Mereka sudah sekian puluh tahun dan tidak ke mana-mana. Buktinya untuk seminar saja mereka tak dapat serius dengan komitmen waktu.

Orang yang fitness berlari di atas treadmill sampai berkeringat. Alangkah sia-sianya orang yang bangun pagi sibuk lakukan ini-itu, penuh dengan jadwal rapat, mengeluarkan banyak tenaga dan keringat, namun pada akhirnya tidak lari ke mana-mana atau diam di tempat. Sama seperti orang lari di atas treatmill. Meski sudah setengah jam lari, tidak ke mana-mana.

Pada akhir tahun barulah mereka refleksi selama setahun. Alangkah naasnya orang yang selama setahun sadar bahwa ia tidak ke mana-mana. Berarti selama ini setahun habis oleh kesibukan yang membuang uang dan energi yang tidak membawa hasil ke manapun. Itu sebabnya visi amat penting. Kita harus maju dan lebih besar dari sebelumnya.

Visi adalah kemampuan seseorang untuk melihat sebuah akhir dari permulaan. Permulaan adalah apa yang kelihatan. Akhir adalah apa yang masih harus terjadi. Visi adalah kemampuan seseorang untuk melihat masa depan sesuai dengan yang Tuhan inginkan, sebelum menjadi kenyataan.

Perhatikan mobil kita. Kaca spion kita selalu lebih kecil dari kaca depan. Bayangkan jika kaca spion lebih besar daripada kaca depan. Bukan sekedar membahayakan orang lain, kita juga akan membahayakan diri sendiri. Dalam hidup, kita perlu pandangan ke depan yang besar dan pandangan ke belakang sedikit saja untuk melihat darimana kita berasal dan siapa yang ada di belakang kita.

Jika kaca belakang (spion) lebih besar daripada kaca depan, kita tidak akan bisa maju. Banyak orang yang hidupnya hanya menyesali masa lalunya. Saat tahun terus berganti, kita menjadi lebih tua. Jika terlalu terpesona dan sibuk dengan yang ada di belakang, kita tidak akan ke maju ke depan.

Visi adalah suatu konsep yang jelas tentang apa yang belum terjadi namun dapat menjadi kenyataan. Saat Yesus melihat Simon Petrus dan Andreas, mata jasmaniNya melihat Petrus dan Andreas sebagai penjala ikan namun mata rohaniNya melihat mereka sebagai penjala manusia. Orang-orang mengenali mereka sebagai nelayan namun Yesus melihat hal ke depan.

Saat Yesus berkata bahwa Petrus dan Simon akan menjadi penjala manusia, mereka belum menjadi penjala manusia. Petrus sendiri bahkan melihat dirinya dalam kenyataan sebagai seorang penjala ikan. Namun Yesus datang dan melihat apa yang tidak dilihat orang. Ia dapat melihat akhir dari awal.

Yohanes 16:33
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."

Yesus masih harus menjalani penderitaan untuk menebus dosa manusia. Ia mempersiapkan murid-muridNya dan berbicara soal Roh Kudus, dan seterusnya. Yesus sudah dapat melihat akhirnya bahwa Ia sudah mengalahkan dunia. Betul bahwa Yesus masih harus melewati apa yang harus Ia lewati tetapi Ia melihat akhir yang penuh kemenangan.

Itu sebabnya kita perlu punya visi dalam hidup. Jangan tertegun dengan apa yang ada di sekitar kita. Jangan setelah kena PHK lansung uring-uringan dan marah-marah pada Tuhan. Jika demikian, kita hanya terkonsentrasi pada apa yang kelihatan dan tidak tahu bahwa ada yang tidak kelihatan.

Roma 8:37
(37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
(38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
(39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Paulus dapat melihat kita adalah orang-orang yang lebih daripada orang yang menang. Apa yang kita lewati saat ini? Kita lebih dari pemenang! Inilah orang yang memiliki visi. Visi penting karena selalu berbicara soal pandangan ke depan.

Tanpa pandangan ke depan yang jelas, hidup seseorang akan kehilangan arti. Bersama dengan hilangnya arti, hilang pula pengharapan. Orang yang tidak punya pengharapan hidupnya akan penuh dengan keluhan terhadap apapun: pekerjaan, bisnis, keluarga, dan masih banyak lagi. Pada dasarnya, ia sudah tidak dapat melihat ke depan.

Jadi visi sebenarnya adalah kunci dari kehidupan. Kalau seseorang mempunyai visi atau pandangan ke depan atau dapat melihat akhir dari awal, ia mempunyai pengharapan. Pengharapan berarti ada iman di dalamnya.

Ibrani 11:1
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Iman dapat membuat yang tidak ada menjadi ada. Iman dapat menjemput apa yang tidak kelihatan di depan menjadi kenyataan. Jembatan antara yang kelihatan dan yang dapat terjadi adalah iman. Imanlah yang membawa kita menuju pada apa yang kita lihat.


2 Korintus 5:7
--sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-- 

Kita hidup berdasarkan apa yang kita imani, bukan sekedar apa yang kita lihat. Tapi bukan berarti kita menyangkal apa yang kita lihat. Banyak orang mengajar iman dengan menyangkali realitas. Realitas tak perlu disangkal karena itu adalah fakta namun pengharapan kita ada di depan kita!

Jangan sampai kita sibuk di tempat tanpa membuat kemajuan. Jangan sampai orang-orang yang ada di sekitar kita lebih maju dan kemudian berpikir bahwa Tuhan lebih menyayangi orang tersebut daripada kita. Tuhan sayang semua. Masalahnya tergantung pada kita: mau lakukan atau tidak.

Tuhan memberi kita kemampuan untuk melihat ke depan (visi) agar kita tidak hidup terpaku dengan apa yang kita lihat saat ini. Jika saat ini kita sedang mengalami berkat Tuhan yang luar biasa, jangan terlena dengan apa yang kelihatan. Sukses adalah sementara. Bukan berarti kita tak boleh merayakan kesuskesan namun jangan sampai kita terlena. Teruslah memandang ke depan.

Mata hati kita harus terus melek. Ada banyak artis yang melesat ke atas dalam waktu sekejap namun terlalu terpesona dengan apa yang dilihat, dengan aneka tawaran, sehingga kehilangan pandangan. Mereka melihat yang sementara tanpa sadar bahwa yang sementara aan segera pergi dan pada saat pergi, tidak ada lagi yang menghendaki mereka.

Bisa saja kita adalah seorang profesional dan pengusaha berhasil yang dicari-cari orang. Ini baik dan harus dirayakan namun jangan terpesona dengan apa yang kelihatan karena yang kelihatan bersifat sementara. Hal yang sementara berlaku untuk pelayanan. Jangan terlena dengan yang kelihatan karena masih ada yang tidak kelihatan yang masih harus dicapai.

Bagaimana kita memahami sebuah visi?

Hidup kita memiliki tujuan. Segala sesuatu yang ada di sekitar kita ada untuk suatu maksud. Tujuan hidup adalah sumber dari datangnya sebuah visi. Untuk melakukan atau menciptakan sesuatu, kita harus tahu tujuannya lebih dulu.

Jika kita adalah seorang desainer, pebisnis, atau arsitek tentu kita harus tahu apa tujuan membuat sesuatu. Setelah tahu barulah kita mulai gambar apa yang kita maksud. Tujuan sudah ada lebih dulu barulah gambaran masuk. Itu sebabnya gambar dan visi datang dari tujuan. Setelah dapat tujuan, barulah kita gambarkan. Rapat demi rapat selalu membahas realisasi dari tujuan.

Di hari terakhir akhirnya jadilah sebuah blue print yang kemudian dipresentasikan. Saat dipresentasikan, barangnya tentu belum ada. Yang dipresentasikan adalah apa yang akan terjadi. Setelah semua setuju dengan apa yang dipresentasikan barulah akan bertanya, “kapan proyeknya dimulai?”

Artinya, tujuan hidup dan visi sudah ada sebelum proyek dimulai. Jika proyek sudah berjalan artinya tujuan sudah ditetapkan.
Jakarta adalah kota yang terus membangun. Kita sering melewati suatu tempat dengan tanah kosong tertutup seng di kiri-kanan dengan bedeng-bedeng. Kita tidak tahu apa namun ada sebuah billboardbesar sebuah mall, kantor, atau apartemen bertulis: “Akan dibangun, tahun 2012 selesai.” Ini adalah bukti bahwa proyek sudah dimulai. Purpose is establish before its production.

Efesus 2:10
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Efesus 2:10 (BIS)
Kita adalah ciptaan Allah, dan melalui Kristus Yesus, Allah membentuk kita supaya kita melakukan hal-hal yang baik yang sudah dipersiapkan-Nya untuk kita.

Semua orang adalah buatan Allah. Ayat ini bukan untuk semua orang namun spesifik untuk orang-orang yang sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. “Sebelumnya” atinya sebelum orang itu dilahirkan.

Kenyataan bahwa kita lahir adalah bukti bahwa tujuan dan visi sudah ada bagi kita. Kenyataan bahwa kita lahir adalah bukti bahwa sudah ada proyek yang didesain oleh Tuhan untuk kita laksanakan. Proyek tidak akan dimulai sebelum tujuan dan visi selesai. Inilah cara Tuhan bekerja. Tuhan memberi petunjuk akhir akan menjadi seperti apa kita.

Manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan. Setelah tujuan dan gambar selesai barulah orang-orang berkata, “let’s do it!” Jika kita melihat billboard yang sudah memperlihatkan foto hotel dan seterusnya, berarti tujuan dan gambar sudah selesai sebelum proyek dimulai. Kita sudah dapat melihat bahwa nanti bentuknya akan seperti itu. Selesai atau tidak, itu urusan lain.

Tujuan dan visi sudah selesai, tinggal pelaksanaannya. Kalau sebuah telepon genggam sudah muncul di pasar, berarti tujuan dan visi sudah ada. Bukan berarti ada barang baru kemudian berpikir “kita harus membuat tujuan bagi barang ini!” Tidak.

Inilah cara Tuhan bekerja. Itu sebabnya Tuhan berkata, “it is finished!” di atas kayu salib. “Now, let’s begin!” Tujuan dan visi sudah ada, proyek dimulai. Kita lahir karena ada tujuan dan visi yang jelas. Tuhan tidak panik melihat kelahiran seseorang dan baru membuat rapat di Surga untuk menentukan tujuan kelahiran seseorang. Tidak! Sudah ada.

Ketidaktahuan seseorang akan visi dan tujuannya adalah karena dosa. Hubungan kita terputus dengan Tuhan. Itu sebabnya agar kita tahu tujuan hidup, kita harus dilahirkan kembali dalam Yesus Kristus. Jangan melihat ke luar karena rencana Tuhan ada dalam diri kita sendiri. Semua sudah ditanam dalam diri kita. It’s in you.

Segala sesuatu yang benih perlukan untuk masa depannya ada dalam benih itu sendiri. Jangan terpaku dengan apa yang ada di hadapan kita saat ini, sukses maupun kegagalan. Kita ada di dunia karena Tuhan memiliki rencana dan visi yang jelas bagi kita. Jangan sia-siakan hidup karena Tuhan adalah Tuhan yang pasti.

Jika saat ini kita tengah dikelilingi banyak pergumulan, Paulus mengatakan bahwa semua ringan karena ia melihat dirinya lebih besar daripada masalahnya. Masalah akan sulit kita menangkan jika kita melihatnya lebih besar daripada diri kita. Masalah akan mudah kita menangkan jika kita melihat diri kita lebih besar daripada semua masalah yang ada.

Banyak orang keliling ke mana-mana dan membesar-besarkan masalah. Yang seharusnya ia lakukan adalah membesarkan dirinya sehingga masalah terlihat kecil. Itu sebabnya kita perlu dilahirkan kembali dalam Kristus Yesus untuk dapat mengenali tujuan hidup.

Tujuan dan visi sudah ada sebelum kita ada. Kita bukan kebetulan hidup di dunia ini. Tuhan dalam kehebatanNya memberi kita nafas untuk mendengar hal ini karena ada yang perlu kita selesaikan. Tuhan dapat melihat akhir dari awal.

Kadang-kadang kita terlalu terpesona dengan apa yang kelihatan. Waktu bangsa Israel masuk tanah Kanaan dan mengirim 12 pengintai, 10 orang di antaranya terlalu terpesona dengan apa yang mereka lihat: “mereka raksasa, bagaimana mungkin kita dapat mengalahkan mereka?”

Tapi dua orang, Yosua dan Kaleb, dapat melihat di balik apa yang kelihatan. Mereka dapat membayangkan diri hidup di tanah tersebut. Inilah yang membawa mereka sampai ke sana.

Pertama kali pergi ke Goldcoast, sebuah tempat peristirahatan di Australia, saya diantar seorang teman. Ia kemudian berkata, “Jeffrey, ini hotel yang paling bagus di Goldcoast.” Harganya ternyata sangat mahal. Waktu itu saya tidak memungkiri bahwa saya dapat tidak tinggal di sana.

Namun yang tidak kelihatan berkata saya dapat tinggal di sana. Saat menikah, kami pergi ke sana dan apa yang terjadi? Saya tinggal di sana.

Kalau apa yang kita lihat begitu menakutkan sehingga membuat kecil, kita tidak akan pernah menang. Jika mata rohani dapat melihat dari itu, kita akan sampai ke sana, pada tujuan dan visi. Itu sebabnya visi merupakan kunci dari kehidupan.

Mungkin tidak semua dari kita mengalami kesuksesan pada saat ini. Ada yang mengalami pergumulan dan bahkan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Firman Tuhan berkata apa yang kelihatan sementara dan akan segera pergi. Pandangkan mata kita ke depan, lihat diri kita sebagai seorang pemenang, lihat diri kita lebih besar dari masalah. Kita akan sampai ke sana, pada visi dan tujuan.

Credits : Ishak Surya

0 komentar :

Posting Komentar