06 Desember, 2011



Ps. Jose Carol

Amsal 3:16
Umur panjang di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan.

Uang, waktu dan talenta adalah valuta (mata uang atau currency). Keberlakuan valuta sangat terbatas. Rupiah hanya berlaku di Indonesia. Itupun ada mata-mata uang tertentu yang ditetapkan pemerintah keberlakuannya terbatas. Mata uang rupiah tahun sekian sudah tidak berlaku lagi. Artinya, valuta punya keterbatasan keberlakuan.

Uang, waktu dan talenta hanya berlaku di muka bumi, tidak berlaku di Surga dan tidak berlaku selama-lamanya. Uang, waktu dan talenta hanya berlaku di dalam nyawa dan hidup yang Tuhan percayakan pada kita sekarang.

86.400 detik adalah saldo kita tiap hari. Setiap tengah malam, saldo dinolkan kembali dan diganti yang baru. Bagaimana kita membelanjakan dan menginvestasikan 86.400 detik akan menentukkan hidup kita. Bagaimana kita mengelola uang, waktu, dan talenta akan menentukan seberapa jauh dampak kita dalam kehidupan.

Kita tidak dapat menabung waktu hari ini untuk dipakai besok. Kita pun tidak dapat meminjam waktu besok ataupun mengulangi waktu kemarin. Bagaimana kita mengelola ketiganya akan menentukkan kualitas hidup kita. Kehidupan manusia berdampak kalau mampu mengelola ketiga valuta ini dengan benar.

Kalo kita bisa mengelola ketiga hal ini dengan benar, kita akan me-manage hidup kita dengan baik.

Masalah yang timbul dalam hidup kita umumnya terjadi karena missmanagementuang, waktu, talenta. Salah mengelola salah satunya atau kombinasi ketiganya dalam waktu yang bersamaan.

Seberapa sering dalam kehidupan kita melihat seseorang yang amat berbakat, penuh dengan potensi dan luar biasa, tapi karena tidak memanfaatkan waktunya – usianya dengan baik, momentumnya terlewat? Dia kehilangan puncak keberhasilan dalam hidupnya.

Kalau boleh kembali, saya pribadi tidak akan ambil kuliah jurusan mesin. Saya sama sekali tidak berpotensi di bidang mesin, saya tidak suka mesin. Saya ambil jurusan mesin karena saya mau menghindari jurusan IPS. Di jaman saya, orang yang mengambil IPS adalah orang yang “kurang encer otaknya”. Pokoknya, saya mengambil apa saja asal tidak masuk ekonomi atau jurusan sosial.

Saya tidak mau masuk jurusan sosial karena IPS adalah orang yang tidak masuk jurusan IPA. IPA lebih pintar. Ternyata saya harusnya tidak masuk jurusan teknik. Talenta dan sumber kekayaan yang Tuhan tempatkan pada saya bertahun-tahun kemungkinan terpendam. Beberapa momentum dimana seharusnya saya dapat berkarya dengan baik pun terlewat.

Tapi Tuhan baik. Tuhan tebus hidup saya. Tuhan berikan saya kesempatan yang baru. Tapi saya tidak pernah tahu apa yang sudah saya lewatkan.

Minggu lalu, saya bertemu dengan salah seorang teman yang bercerita mengenai kerinduannya agar anak-anak sedari muda tahu apa yang Tuhan tempatkan dalam kehidupan sehingga mereka tidak salah bekerja, tidak salah masuk jurusan kuliah, dan tidak salah dalam menentukkan arah perjalanan dalam kehidupan.

Salah seorang teman kemudian berkata:
“Iya. Saya dari dulu kepengen banget jurusan psikologi. Saya suka sekali dengan psikologi. Tapi karena orang tua saya tidak mengijinkan akhirnya saya ambil jurusan lain.”
“Terus kamu ambil jurusan apa?”
“Akuntansi.”

Bayangkan, jauhnya jarak antara akuntansi dan psikologi! Berapa banyak di antara saudara yang miss the moment in life to become their best karena mereka kelewatan kesempatan itu dalam kehidupan kita?

Ada empat langkah supaya kita dapat mengelola kehidupan dalam tingkat kehidupan yang berbeda. Kita dapat mengelola apa yang Tuhan percayakan pada kita yang hanya berlaku dalam kehidupan yang singkat ini sehingga kita dapat menikmati keberhasilan, damai sejahtera, dan kesehatan dalam kehidupan kita.

Salah seorang presiden AS, Benjamin Franklin, berkata: “Jangan sia-siakan waktu atau hidup kita karena itu adalah bahan baku yang membangun atau membentuk hidup kita.”

Kita mendapat 86.400 detik setiap hari. Inilah bahan baku yang Tuhan berikan pada kita. Apa yang kita tukarkan dari waktu yang kita miliki inilah yang menentukan hidup kita.  Ada dua dasar penting yang akan menjadi pijakan bagi kita selanjutnya.

Pertama, Mazmur 24:1
Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.

Kita mengakui bahwa segala sesuatu dalam hidup di bumi adalah ciptaan Tuhan. Dalam hidup, semua yang kita kelola bukan milik kita tapi milik Tuhan karena Tuhan yang menciptakan segalanya. 

Kedua, Mazmur 90:10 dan Mazmur 90:12
Mazmur 90:10
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.
Mazmur 90:12
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

Kita sadar bahwa kehidupan yang kita jalankan begitu singkat dibanding kekekalan yang panjang. Masalahnya, ada banyak orang ngotot mempertahankan kehidupan mereka sedemikian rupa.

Meski singkat, bukan berarti hidup tidak berharga namun dibanding kekekalan, tidak ada artinya. Apa yang Tuhan percayakan pada kita berharga, tapi kekekalan tidak ternilai.

Empat langkah bagaimana mengelola uang, waktu, dan talenta sehingga kita dapat menikmati keberhasilan dan kenikmatan yang Tuhan janjikan.

1. Treasure it!
Hargai apa yang Tuhan percayakan dan titipkan pada kita. Hargai waktu, uang, dan apapun yang ada dalam tangan kita. Bagaimana kita memperlakukan waktu, uang, dan talenta akan segera menunjukkan apa yang berharga dalam kehidupan kita.

“Apa yang paling penting, berharga, bernilai dalam hidup kita?” Pertanyaan sederhana tapi tak mudah dijawab dengan jelas. Ada yang berkata time is money. Menurut saya, time is much more valuable than money karena uang masih dapat dicari namun waktu yang hilang tidak bisa kembali. 

Penulis AW Towzer mengatakan: Time is a resource that is non renewable, non transferableWaktu adalah sumber kekayaan yang tidak bisa diperbaharui, tidak bisa ditransfer. Nothing you can do. Kita tidak dapat menabung waktu untuk digunakan pada hari yang lain.  Kalau sudah kehilangan, waktu tak akan pernah dapat ditemukan kembali.

A.W. Towser: ‘Saat kita membunuh waktu, waktu tersebut tidak akan pernah bisa dibangkitkan kembali.’ Pertanyaannya adalah apakah kita menghargai waktu?

Dalam sebuah survei di Amerika Serikat, 168 jam per minggu adalah catatan waktu yang kita miliki. Tiap minggunya, 56 jam digunakan untuk tidur (8 jam/hari); 24 jam untuk makan, kebersihan dan kesehatan.

Tidak ada istilah saving time. Yang ada hanyalah menggeser prioritas karena tiap malam kredit kita dinolkan. Tiap pagi, kita mendapat kredit yang baru. Malam hari, dipakai atau tidak, kredit kita habis.

Jadi, save time is not saving time, hanya bergeser saja untuk digunakan hal lain.

Selanjutnya, kita menggunakan 50 jam untuk bekerja dan perjalanan menuju pekerjaan. Sisa waktu rata-rata hanya 35 jam per minggu di luar makan, tidur, dan bekerja untuk keperluan pribadi atau 5 jam per hari.

Pertanyaannya adalah apa yang kita lakukan dengan lima jam tersebut? Show me your five hours and I’ll show you your life.

Ke mana kita belanjakan lima jam tersebut menunjukkan apa yang paling berharga dalam hidup kita.
Bagaimana cara kita menghabiskan uang menunjukkan bagaimana kita membelanjakan hidup. 
Bagaimana cara kita menggunakan talenta menunjukkan bagaimana kita menghargai hidup. 

2. Invested it!
Di mana kita harus investasikan uang kita: rumah? tanah? Emas? Saham?

Mat 6:19-20
“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya...
Yesus tidak melarang kita menginvestasikan atau mengumpulkan harta sama sekali. Yesus tidak pernah berkata bahwa kita tidak boleh mengumpulkan harta. Yesus mempersilakan kita mengumpulkan harta, hanya jangan di bumi. Jangan tanamkan semua yang kita miliki di bumi karena di bumi ada ngengat, karat, dan pencuri. Dalam bahasa Indonesia, di bumi ada inflasi, deflasi, dan korupsi.

Kalau mau menanamkan kekayaan supaya kekal dengan rentabilitas tinggi, tanamkan di tanah yang benar: Surga. Di Surga, tidak ada devaluasi dan inflasi sama sekali. Make sure apa yang kita tanamkan kekal. Jika ingin menanam di Surga, siapa agennya? Jika ingin mengirim investasi ke Surga, Yesus sudah memperkenalkan agen-agennya.

Matius 19:21
Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergillah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.”

Jika ingin transfer uang ke Surga, tellernya adalah orang miskin. Saat kita serahkan pada orang miskin, saat itu juga uang kita sampai ke Surga. This is the way you gonna invested. 

Lukas 14:12-14
(12) Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
(13) Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.
(14) Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."

Pada bagian awal Matius 6:19-20 (pasal enam), ada tiga perikop sebelum “hal mengumpukan harta” yakni “memberi sedekah”, “berdoa”, dan “berpuasa”.

Yesus mengajar kalau memberi sedekah, tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu. Jika tangan kiri tahu apa yang tangan kanan beri, berarti publikasi dan bukan investasi. Upahnya adalah pengakuan.

Itu sebabnya saat berdoa, Yesus menyuruh kita pergi ke kamar, tutup pintu dan berdoa pada Bapa di Surga tanpa seorangpun tahu apa yang kita lakukan. Kita melakukan hal ini di tempat tersembunyi.

Demikian pula saat sedang berpuasa, Yesus menyuruh kita mencuci muka dan menyikat gigi supaya tidak ada yang tahu kalau kita sedang berpuasa.

Tipis sekali beda antara memberi orang miskin untuk pengakuan atau benar-benar berinvestasi.

Tuhan menyuruh kita memberi pada yang tidak bisa membalasnya karena kalau kita terbiasa memberi pada yang tidak bisa membalas, kita tidak kesulitan untuk memberi pada orang yang tidak bisa membalas tanpa pamrih. Kalau kita tidak terbiasa memberi pada yang tidak bisa membalas, sulit bagi kita untuk memberi mereka yang tak bisa membalas.

Survei kedua dilakukan di University of Michigan, Amerika Serikat terhadap 1.500 rumah tangga di AS. Seorang ibu yang bekerja di luar rumah, hanya punya waktu 11 menit per hari dengan anak-anaknya dan hanya 30 menit per hari saat weekend.

Seorang ayah hanya punya waktu 8 menit per hari dengan anak-anak mereka. Saya bahkan tak yakin memiliki 8 menit per hari untuk anak-anak saya. Senin, Selasa, Rabu, saya pulang dan mereka sudah tidur. Mungkin 5 menit di pagi hari. Untuk itu, saya perlu kompensasi di hari-hari yang lain.

Seorang ayah hanya memiliki waktu 14 menit pada hari Minggu dengan anak-anaknya, apalagi jika ia memiliki hobi. Itu sebabnya filosofi “quality tim” disenangi orang-orang yang tak punya banyak waktu dengan anak-anaknya.

Pertanyaannya, kita investasikan ke manakah uang, waktu, dan talenta? Pada orang-orang yang tidak jelas? Pada orang yang sebatas kenal kulit (casual relationship)? Atau pada ruang keluarga kita? Tentu tidak semua orang kita biarkan masuk dalam ruang keluarga kita.

Bagaimana kita menghabiskan 5 menit waktu, akan menentukan kualitas hidup kita. Banyak yang menghabiskan uang dan waktunya dengan orang-orang yang tidak jelas di luar sana dan semua itu tidak akan pernah kembali.

3. Manage it!
Manage dengan benar apa yang ada di tangan kita.

Marta Bere adalah seorang pekerja sosial. Hatinya tertanam bagi anak-anak miskin yang tidak punya pendidikan, yang perlu ditolong. Ia ingin membangun sekolah namun tak punya apa-apa. Suatu hari, Marta datang dan menjelaskan visi dan mimpinya pada Henry Ford, pendiri perusahaan mobil Ford.

Ford merogoh kantungnya dan mengeluarkan 10 sen. Sebagian besar akan tersinggung jika orang sekaya Ford hanya memberi 10 sen. Sebaliknya, Marta mengambil 10 sen tersebut dan digunakan untuk membeli benih yang kemudian ditanam di tamannya. Marta merawat, memanen, menjual, dan kemudian membeli lebih banyak benih.

Setelah tiga kali panen, uang akhirnya cukup untuk membeli gedung sederhana. Selesai membeli gedung, Marta membuat laporan untuk Ford: “saya ingin menunjukkan bahwa 10 sen yang Anda berikan sudah menghasilkan.” Ford terkejut dan akhirnya menyumbang 1 juta dollar. Apa yang kita lakukan dengan apa yang ada di tangan menentukan apakah pintu terbuka bagi kita.

Seorang profesor memberi ilustrasi dengan mengambil sebuah bejana kaca. Ia kemudian mengambil batu-batu besar yang kemudian ditempatkan dalam bejana kaca sampai penuh. Profesor pun bertanya pada mahasiswanya: “apakah bejananya sudah penuh?” Mereka semua berkata: “ya sudah penuh.”

Kemudian ia mengambil batu-batu yang berukuran lebih kecil. Batu-batu tersebut dituangkan dan mengisi rongga-rongga yang tersisa.
“Sudah penuh?”
“Ya.”

Dia mengambil pasir dan menuangkan ke bejana yang sudah penuh tadi. Pasir mulai masuk di antara kerikil.
“Apakah bejananya sudah penuh?”
“Sudaaaaaah.”

Kemudian dia tuangkan air ke dalam bejana.

“Pelajaran apa yang bisa dipetik?” tanya sang professor.
No matter how busy you are, you always can put something into your schedule – Sesibuk apapun juga engkau selalu bisa isi sesuatu dalam jadwal kesibukanmu,” jawab para mahasiswanya.

Good. Tapi pelajaran terbaik adalah bayangkan kalau terjadi sebaliknya. Kalau air masuk duluan, batu kecil pasti akan susah masuk. Kalau batu kecil masuk duluan, batu besar pasti akan susah masuk.”

Pertanyaannya: apa batu-batu besar yang penting, yang harus ada dalam jadwal hidup kita?
Kalau kita tidak memasukkan batu besar terlebih dulu, hal-hal kecil mungkin akan menguasai hidup kita.

Kalau kita gagal mengidentifikasi hal paling penting dalam hidup, kalau kita tidak sadar bahwa hubungan dengan Tuhan dan pasangan hidup adalah hubungan absolut yang harus dipertahankan kedekatannya, kita tak akan menginvestasikan hidup untuk mempertahankan hal tersebut.

Pertanyaannya, apa yang menjadi batu-batu besar dalam hidupmu? You have to know it. Kalau kita tahu batu-batu besar tersebut dalam hidup kita, kita akan spend dan invest uang dengan benar. Seberapa besar dan seberapa penting hubunganmu dengan Tuhan akan menentukan seberapa besar kita meletakkan waktu dan talenta kita.

Steven Covey berkata bahwa “tantangannya bukan mengelola waktu tapi bagaimana mengatur diri kita sendiri.”

4. Enjoy it!
T-I-M-E: Treasure-Invest-Manage-Enjoy

Tuhan mau kita menikmati hidup: “Marilah, turutlah dalam kebahagiaan hambamu.”’ Dia mau kita ikut bahagia menikmati hidup. Tuhan ingin kita berlibur bersama keluarga, makan enak, naik pesawat yang lebih enak, naik kelas yang lebih enak, punya mobil, rumah, dan gaji yang lebih besar.

Namun tipis sekali beda antara orang yang menghamburkan dan menikmati. Baju Rp 50.000 bisa jadi merupakan sebuah penghamburan namun sebuah jas Rp 5 juta menjadi investasi yang dinikmati. Ke Bogor dan Bandung saja bisa jadi hanya penghamburan tapi tempat paling mewah di dunia adalah adalah kenikmatan.

Batasnya tidak terletak pada angka atau tempat di mana kita berada. Setelah berhasil menghargai hidup yang Tuhan berikan, menginvestasikan di tempat yang benar, mengatur semua dengan baik, kita layak untuk menikmatinya.
Banyak anak muda memegang banyak uang, punya talenta besar, tapi tidak pernah menghargai waktu dan uang karena semuanya diperoleh tanpa keringat dan darah. Penghamburan adalah jika kita menyia-nyiakan sekecil apapun juga yang kita belanjakan.

Tapi kalau kita berhasil menghargainya, menginvestasikan dengan benar, dan Tuhan mendatangkan kelipatgandaan, kita dapat spend, membeli pesawat, dan Tuhan berkata: enjoy it!

Uang tidak akan berlaku di Surga tapi Tuhan berikan agar kita dapat menikmatinya di bumi. Tapi kalau tidak menginvestasikan dengan benar, kita tidak layak menikmatinya. Hanya kita yang tahu apa yang telah kita lakukan: menghamburkan atau menikmati? Tidak ada yang dapat menghakimi: hanya kita dan Tuhan yang tahu.

Oleh karena itu, invested well pada orang-orang yang membutuhkan dan tidak dapat mengembalikannya pada kita, bukan untuk publikasi tapi berinvestasi dalam kerajaan Surga. Kelola hidup dengan benar sehingga dapat menikmati keberhasilan.

Hidup yang kita jalankan, nafas yang kita hirup, bukan milik kita sendiri. Tuhan telah menebus kita melalui pengorbananNya di atas kayu salib.

Adalah perbuatan yang sangat tidak bertanggungjawab jika kita menyia-nyiakan hidup. Semua bukan milik kita. Semua adalah karena penebusan. Melalui pengorbananNya di atas kayu salib, Tuhan memberi kesempatan yang baru pada kita.

Credit : Ishak Surya

0 komentar :

Posting Komentar