By : Pastor Jeffrey Rachmat
Jakarta Praise Community Church
**
Sejak pengetahuan pohon baik dan buruk diperkenalkan (Kejadian 2), manusia punya kuasa untuk memilih. Tuhan adalah Tuhan yang baik. Segala sesuatu yang keluar dari Tuhan adalah baik.
Banyak orang kesulitan dalam pernikahan bahkan sampai bercerai dua-tiga kali padahal sebelumnya berkata bahwa Tuhanlah yang menjodohkan mereka. Tuhan seolah membuat pernikahan sangat sulit dan sangat senang membuat manusia kelabakan.
Segala ide yang datang dari Tuhan baik, demikian pula pernikahan. Masalahnya, ada beda antara menerima dan menikmati hadiah. Jika mendapat hadiah Play Station Portable (PSP), kita akan senang. Tapi untuk menerima hadiah tersebut, ada banyak yang perlu kita lakukan.
Untuk menerima hadiah, kita hanya perlu menyodorkan tangan. Untuk menikmati hadiah, kita harus baca manual book, beli mainannya, dan sebagainya. Demikian pula dengan Tuhan. Pernikahan adalah ide baik dari Tuhan tapi untuk menikmati pernikahan, kita perlu melakukan banyak hal.
Jika kita tidak mau ambil waktu untuk belajar menikmati hadiah, besar kemungkinan hadiah tersebut akan rusak sebelum dimainkan atau dinikmati. Demikian pula dengan kuasa untuk memilih sesuatu (the power to choose something).
Sebagai seorang ayah, saya akan sangat senang kalau anak saya tetap memilih untuk tetap dekat dengan saya meski banyak hal lain yang diajukan padanya. Saya tahu dia memilih hal itu karena dia mengasihi saya.
Kuasa untuk memilih, Tuhan sodorkan bukan untuk membuat manusia menjadi hidup kelabakan. Tuhan tak ingin melihat manusia kelabakan hidupnya. Pilihan Tuhan beri karena Ia mengasihi manusia dan ingin kita menentukan. Kalaupun akhirnya manusia memilih untuk mengasihi Tuhan, itu di luar kemauanNya karena Tuhan tidak melakukan manipulasi atau intimidasi.
Sejak pohon pengetahuan yang baik dan buruk dipresentasikan Tuhan pada manusia, sampai hari ini dan selama manusia ada, manusia akan diperhadapkan dengan pilihan-pilihan.
Pada dasarnya, kita ada sekarang karena hasil pilihan di masa lalu. Jika kita tidak senang dengan keadaan sekarang, pasti ada pilihan-pilihan salah yang kita buat pada masa lalu. Harus ada perubahan dalam cara menentukkan pilihan jika kita ingin masa depan berubah sebab pilihan-pilihan menentukkan masa depan kita.
Saya ada di sini saat ini karena pilihan-pilihan yang saya ambil beberapa waktu yang lalu. Ada begitu banyak persimpangan dalam kehidupan yang harus saya pilih. Saya ada di mana saya ada sekarang karena pilihan-pilihan yang saya tentukkan pada masa lalu.
Jika saya senang dengan keadaan sekarang, pasti karena pilihan-pilihan yang saya tentukan adalah pilihan-pilihan yang baik. Jika tidak, saat ini saya menjadi orang yang sangat menyedihkan.
Ada momen di mana saya harus memilih terus tinggal di Belanda atau pulang ke Indonesia. Ini pilihan yang sangat berat. Saya juga harus memilih apakah ingin terus bekerja atau langsung terjun dalam pelayanan.
Dari lima lamaran pekerjaan, kelimanya diterima sehingga harus menentukkan ke mana harus pergi. Apakah saya mau tetap tinggal di Bandung atau di Jakarta karena saya ditempatkan selama dua tahun di Bandung oleh perusahaan tempat saya bekerja. Saya harus tentukan apakah melanjutkan pekerjaan atau melayani Tuhan sepenuh waktu. Ini adalah pilihan-pilihan besar.
Pilihan-pilihan harus saya ambil. Tidak memilih (abstain) juga adalah suatu pilihan. Tiap kali kita diberi kuasa, berhati-hatilah. Miliki rasa takut akan kuasa sebab jika kita tidak berhati-hati, kita dapat menyalahgunakan kuasa yang dimiliki.
Kita juga perlu diperlengkapi sedemikian rupa sehingga tidak perlu mengalami pertarungan-pertarungan yang seharusnya tidak dialami.
Saat bekerja, saya memiliki rekan seorang officer. Ia rajin bekerja. Suatu hari, ia diangkat menjadi kepala cabang di sebuah daerah tertentu. Begitu diangkat dan diberi kuasa menjadi pemimpin cabang, mulai muncul perkara-perkara yang tidak diinginkan.
Dia mulai melakukan perkara=perkara yang tidak diinginkan dan berpikir bahwa kantor pusat tak akan bisa mendeteksi perbuatan-perbuatannya. Ia berpikir dapat mengintimidasi anak buah dan melakukan apa saja yang ia mau. Beberapa bulan kemudian, saya dipanggil dan diberitahu untuk memperbaiki suasana. Ada banyak orang menyalahgunakan kuasa yang ia miliki.
Karena pilihan kita menentukkan masa depan kita, ada beberapa hal penting yang ikut menentukkan sebelum seseorang memutuskan.
1. Prioritas
Jika kita salah menentukkan prioritas, hidup kita menjadi keliru. Jika kita masih sekolah, jangan tempatkan main-main tapi tempatkan belajar pada urutan pertama. Sebagai pekerja, prioritas pertama adalah mengembalikan apa yang menjadi milik Tuhan, bukan terlebih dulu membeli sepatu, jeans, tas, dan sebagainya. Ini adalah prioritas.
Jika sudah berkeluarga, keluarga adalah prioritas terpenting, lebih dari pelayanan kita. Alkitab katakan apa baiknya seseorang jika tidak bisa menjaga keluarganya sendiri? Bagaimana ia bisa menjaga umat Tuhan? Apa yang menjadi prioritas kita?
Dari susunan prioritas yang kita miliki, orang lain dapat menebak siapa kita dan sedang menuju ke mana arah hidup kita.
2. Harga (What You Value)
Contohlah orang yang rajin mencatat saat khotbah. Mengapa? Karena otak kita sebenarnya tidak untuk menyimpan file. Itu sebabnya kita perlu menulis. Otak perlu sebanyak mungkin free agar dapat berkreasi. Jika terlalu banyak menyimpan file yang tak perlu dalam hardisk, kita tidak dapat menggunakan program-program tertentu.
Jika otak terlalu banyak menghafal, untuk apa kita mempunyai begitu banyak alat elektronik? Karena terlalu banyak menyimpan, akhirnya tak dapat kreatif. Akhirnya kita tak bisa memikirkan sesuatu yang lebih kreatif karena otak sudah terlalu banyak mengingat sesuatu.
Waktu masih muda, saya pikir dapat menghafal semua. Sebelum menjadi gembala sidang, saya menghafal semua khotbah, tidak pernah bawa catatan. Lama-lama saya pikir untuk apa menghafal sampai-sampai setiap mau khotbah selalu tegang dan seperti takut ada yang jatuh sehingga tidak dapat berkhotbah dengan baik.
Kini setiap mencatat dan mengetik, saya jadi lebih hafal daripada sebelumnya. Ini adalah fakta. Jadi yang menentukkan adalah harga (what you value). Kita akan mendapat sesuatu sesuai dengan yang ingin kita bayar.
Value bukan bicara soal uang. Kita tidak hidup berdasarkan berapa banyak uang yang ada dalam hidup kita. Kita akan hidup berdasarkan berapa value yang kita letakkan atas sesuatu.
Dalam sebuah restoran, kita melihat berbagai menu menarik. Tapi pilihan kita tidak ditentukkan oleh seberapa banyak yang ingin kita makan tapi dari apa yang ada di samping kanan (tabel harga) meski saat itu kita punya uang. Itu faktanya.
Kita boleh punya daftar termasuk daftar perjodohan: “Aku mau A, B, C” namun akhirnya memilih berdasarkan value. Jjika kita bertemu apa yang kita inginkan (cantik, ganteng, dan sebagainya), ada harga yang “nyantol” dengan orang tersebut dan kita tidak sanggup membayarnya sehingga akhirnya menyerah pada pilihan lain.
Tuhan ingin kita punya nilai Kerajaan Allah. Cerita tentang Anak Yang Hilang di Injil Lukas bicara soalvalue. Saat ia menjauh dari bapanya, nilai hidunya langsung turun sampai-sampai makan ampas babi pun tak diberi. Saat ia kembali, bapanya mengubah nilainya: mengenakan sepatu dan jubah terbaik, dan sebagainya. Bapanya mengubah value system anaknya.
Jadi value tidak ada hubungannya dengan uang. Kalaupun mempunyai uang, belum tentu kita dapat menggunakannya jika tidak memiliki value yang tepat.
Kita masuk dalam ruangan pada sebuah hotel bintang lima di Bali. Kemudian kita malas keluar dan melihat menu nasi goreng 20 dollar AS lalu berhitung. Bukannya tidak punya uang tapi your value begin to speak to you: “Gila! Nasi goreng doang Rp 200.000! Mending ke luar hotel, ada warung jual nasi goreng Rp 20.000!” Dan akhirnya kita tidak jadi memesan makanan di hotel.
3. Cara Berpikir
Cara berpikir menentukkan pilihan-pilihan hidup kita. Itu sebabnya pola pikir perlu kita ubah. Itu sebabnya mengapa Tuhan mau kita mengubah pola pikir termasuk cara pikir tentang diri sendiri (self-esteem). Jika kita memiliki low self-esteem, maka hidup kita akan low.
Ada sepasang suami-isteri, dua anak, dengan dua baby sitter-nya makan di sebuah hotel berbintang.Mereka being nice to baby sitter dengan berkata, “makan saja! Ini restoran dengan makan ambil sepuasnya yang bisa kamu makan, dan saya sudah bayar semuanya!” Harga untuk suami-isteri-anak dengan baby sitter sama tapi pilihan-pilihan sangat berbeda. Majikan bolak-balik mengambil makanan sampai benar-benar puas, sementara baby sitter nya yang tidak mengerti malah ambil sekedarnya, yang maksudnya mungkin baik, dia ingin bersikap tau diri kepada majikan yang memberinya makan, tapi padahal dengan tindakannya malah merugikan.
4. Apa yang Kita Dengar, Baca, Dengar, Lihat (Input)
Input menentukkan output. Jika kita banyak menginput hal-hal tidak benar maka output kita tak benar. Jika kita banyak mendengar hal-hal tidak benar atau kotor, keluarnya adalah perkara-perkara yang kotor pula.
Firman Tuhan berkata, “iman timbul dari pendengaran.” Iman tak banyak timbul karena yang didengar bukan perkara-perkara yang datang dari Tuhan. Jika yang kita dengar adalah perkara-perkara dari Tuhan, tak heran jika iman muncul dan dengan iman, kita dapat melakukan apapun.
5. Suasana Hati
Suasana hati turut menentukkan pilihan-pilihan. Itu sebabnya jangan mengambil keputusan saat suasana hati sedang kacau, panas, marah, dan gundah gulana sebab akan cenderung membuat keputusan yang salah baik dalam hal bisnis, hubungan, pelayanan, dan kehidupan sehari-hari.
Keputusan yang salah bisa terjadi. Salah ucap saja dapat iblis permainkan dan perceraian pun menjadi jalan keluar yang tidak diharapkan.
Atau jika kita sedang jatuh cinta. Kita memuja-muja pacar kita setengah mati, baunya harum, dan sebagainya. Jangan ambil keputusan pada saat seperti ini. Biarkan kabutnya hilang dulu sebab kalau kabut masih tebal, kita tidak dapat melihat jauh.
Jangan katakan, “Oh, I want to marry you!” Jangan terlalu cepat berucap dan orang memegang ucapan kita sehingga kita melakukan perkara-perkara yang seharusnya tidak dilakukan. Biarkan kabutnya turun dulu sehingga kita dapat menilai apakah ia seperti yang kita inginkan atau tidak. Suasana hati yang marah akan membawa kita pada kejahatan.
Mazmur 37:8
Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.
6. Persediaan
“Mengapa kamu memilih warna itu?” “Habis cuma tinggal dua, satu hijau, satu kuning... masak gue pakai yang kuning? Hijau aja udah norak... Sebenernya pengen yang biru tapi harus inden dan tunggu lagi enam bulan. Enam bulan lagi udah nggak model, ya udah yang hijau aja.”
“Mengapa kamu pilih dia?” “ Habis sudah tidak ada pilihan lagi...daripada gua ngga kawin-kawin? ”
7. Siapa yang Ada di Sekeliling Kita
Amsal 15:22
Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.
Amsal 24:6
Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak.
Kejadian 3:1-7 bercerita tentang jatuhnya manusia dalam dosa.
(1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
(2) Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
(3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
(4) Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,
(5) tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
(6) Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
(7) Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
Perempuan ini mendapat nasihat dari si jahat yang seharusnya tidak ia dengar. Selama ini, banyak orang menggambarkan Adam sebagai suami yang lemah. Semakin saya renungkan, saya makin sadar bahwa kejadiannya tak semudah yang dibayangkan banyak orang.
Adam bukan manusia lemah. Adam bukan manusia bodoh yang mudah diajak melanggar firman Tuhan. Sebelum ada Hawa, Adam sudah berinteraksi dengan Tuhan tiap saat. Dia tahu persis dirinya tidak boleh melanggar firman Tuhan.
Tak pernah dilaporkan dalan firman Tuhan Adam mencoba melanggar firman Tuhan, juga tidak pernah dilaporkan bahwa ular berusaha untuk menggoda Adam supaya Adam dapat melanggar firman Tuhan. Melanggar firman Tuhan tidak ada dalam kamusnya. Ular juga tahu. Itu sebabnya ia tak pernah mencobai Adam karena pasti sia-sia.
Tapi ini berubah saat Hawa muncul. Hawa bukan sumber segala masalah karena Hawa pun tidak bermaksud jelek melanggar firman Tuhan. Hawa tidak punya niat jahat atau prasangka buruk karena ia belum jatuh dalam dosa. Kalaupun Hawa ingin melanggar firman, Adam pasti sudah melarangnya.
Mengapa akhirnya ia memakan buah? Ini memang tentang kemungkinan karena kita semua tidak ada di situ untuk melihat peristiwanya. Faktanya, mereka belum jatuh di dalam dosa sehingga tidak punya maksud jahat atau prasangka buruk dalam hati.
Panggilan seorang wanita (Hawa) untuk suaminya adalah menjadi seorang penolong. Ini rencana Tuhan dalam kehidupan wanita. Hawa adalah seseorang yang sangat tulus, ingin memenuhi rencana Tuhan dalam hidupnya.
Hawa ingin menjadi penolong bagi Adam dan ingin suaminya menjadi orang hebat, kuat, bijaksana, bahkan jadi seperti Tuhan. Inipun tidak dalam maksud jelek yaitu agar mereka tidak perlu merepotkan Tuhan.
Kita bisa tulus namun tulus yang salah. Intensi yang baik tidak membuat sesuatu menjadi benar. Inilah hebatnya si jahat: ia pandai menghasut. Ia memakai ketulusan seseorang untuk menjatuhkan orang tersebut, untuk merusak keseluruhan rencana Tuhan. Kita bisa sibuk mengejar rencana Allah dalam kehidupan sampai tak lagi bergantung pada Tuhan.
Di satu sisi, Hawa ingin suaminya menjadi orang hebat dan memenuhi panggilan Tuhan dalam hidupnya. Waktu Hawa mendengar dengan memakan buah itu dapat menjadi seperti Tuhan, Hawa ingin memberikan kemajuan yang luar biasa bagi suaminya. Sementara di sisi yang lain, suara Hawa didengar suaminya karena terdengar lebih besar daripada firman Tuhan. Jika sudah menikah, kita tahu bahwa wanita dapat berbuat seperti itu. Itu sebabnya penting bagi wanita untuk belajar mengenal kebenaran firman Tuhan.
Wanita perlu menolong suaminya bukan untuk menjauh dari kebenaran firman Tuhan tapi menuruti firman Tuhan. Wanita sangat tulus dan ketulusan wanita dapat menjadi sisi kuat dan sisi lemah pada saat bersamaan, tergantung apakah ia berserah pada Tuhan atau tidak, apakah diperlengkapi dengan firman Tuhan atau tidak.
Ketulusan yang tidak diperlengkapi dengan firman Tuhan akan mudah dipakai iblis untuk menipu dirinya sendiri. Ada berapa banyak hamba Tuhan yang baik-baik sebelum ia menikah namun setelah menikah ada sesuatu yang salah. Seolah ia masih memenuhi rencana Tuhan tapi tak lagi hidup bergantung pada Tuhan melainkan pada jalannya sendiri.
Ada banyak yang ingin melayani Tuhan dalam bidang musik dan menjadi pemimpin pujian. Awalnya mereka ingin memenuhi panggilan Tuhan dalam hidupnya namun akhirnya tak bergantung pada Tuhan. Mereka jatuh dalam dosa.
Firman Tuhan harus mendapat prioritas utama dalam hidup. Seorang isteri yang baik harusnya menolong suaminya untuk menuruti firman Tuhan. Seorang pacar yang baik harusnya mendorong pacarnya menuruti firman Tuhan lebih dari perkataannya sendiri. Siapa yang ada di sekitar kita akan menentukkan hidup kita.
Hidup kita akan berubah begitu saja tergantung siapa yang menjadi pacar kita apalagi dengan siapa yang kita nikahi. Ada begitu banyak orang yang aktif melayani Tuhan namun saat punya pacar tiba-tiba hilang tak pernah muncul. Adapula orang yang tadinya tidak terlalu aktif pelayanan, kenal seseorang yang membawa pengenalan lebih pada Tuhan dan akhirnya berubah.
Siapa yang ada di sekitar, akan menentukan apakah kita naik atau turun. Itu sebabnya saya aminkan apa yang dikatakan Rob Thomson bahwa setiap hubungan membawa konsekuensi. Setiap pertemanan membawa konsekuensi baik positif maupun negatif.
Roma 16:17-18
(17) Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka!
(18) Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.
Paulus sedang tidak berbicara mengenai orang-orang luar tapi orang dalam pelayanan. Ini sudah terjadi ribuan tahun lalu. Ketulusan adalah sesuatu yang baik namun jika tak diperlengkapi dengan kebenaran maka ketulusan dapat dipakai menjadi alat ketidakbenaran.
Modal penghasut hanya “omong doang”: ... dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.
Jika ingin melihat apakah pasangan kita orang yang tepat atau bukan jangan lihat kata-katanya. Jaman sekarang orang mudah berkata-kata luar biasa hebat. Kekristenan bukan soal berkata-kata tapi soal hidup dan aksi, bagaimana kita menghidupi kehidupan.
Ada banyak orang di atas sana, termasuk saya, dapat berbicara dengan bahasa yang baik dan manis. Tapi lihatlah bagaimana ia menghidupinya sebab jika tidak, saya pun memiliki potensi membelokkan ketulusan Anda ke arah yang tidak benar.
Ada banyak yang berkeliaran di sekitar kita yang hanya mementingkan perut sendiri, seolah mereka memenuhi rencana Tuhan dalam kehidupan namun sebenarnya sudah tak lagi terhubung dengan Tuhan (disconnected).
Your choice is determine your future. The future you construct, is build with the council you follow.
Pilihan Anda akan menentukan masa depan Anda. Masa depan yang anda bangun, akan terbangun dengan setiap bagian dari pilihan yang Anda ikuti.
(dr. Rob Thomson)
Credit : Ishak Surya
0 komentar :
Posting Komentar