By : Pastor Jeffrey Rachmat
Jakarta Praise Community Church
**
Perhatikan komentar orang dalam proses gugatan perceraian seperti misalnya komentar selebritis yang sedang atau sudah bercerai. Beberapa di antaranya sangat membingungkan sampai saya mendapat jawaban dari firman Tuhan.
Jika pertanyaan “apakah kamu masih mencintai suamimu/isterimu?” diajukan pada seseorang yang mau bercerai, jawabannya, “ya, saya masih mencintai dia.” “Lalu mengapa mau bercerai? Kan sayang karena masih dapat diperbaiki?” “Well, saya sudah tidak bisa hidup lagi hidup bersamanya.” Inilah jawaban-jawaban yang sering mereka utarakan.
Mengapa masih saling mencintai tapi mau bercerai? Saya tidak tahu apakah orang ini munafik karena mengatakan masih cinta tapi mau bercerai, tapi banyak komentar yang sama. Bahkan ada sebuah komentar: “justru karena masih cinta lebih baik cerai sekarang agar cinta itu tetap ada dalam hati saya.”
Saya bingung sampai suatu kali mendengar kebenaran firman Tuhan yang membuka pikiran. Saya pun mulai memikirkan hal selain keluarga dan hubungan suami-isteri. Firman Tuhan ini benar-benar dahsyat dan ajaib. Itu sebabnya penting bagi kita untuk tidak hanya terlatih mendengar khotbah tapi juga siap belajar kebenaran.
Amsal 24:3-6
(3) Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan,
(4) dan dengan pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik.
(5) Orang yang bijak lebih berwibawa dari pada orang kuat, juga orang yang berpengetahuan dari pada orang yang tegap kuat.
(6) Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak.
Lihat ayat 5. Kalau kita perhatikan film-film tentang gangster atau preman, banyak dari kita yang terkejut ketika ternyata bosnya bertubuh kecil tapi anak buahnya berbadan besar-besar.
Lihat ayat 3 dan ayat 4. Dalam New King James Version disebut: Through wisdom a house is built, and by understanding it is established; By knowledge the rooms are filled with all precious and pleasant riches.
Rumah tidak didirikan oleh cinta. Cinta tidak bisa menjamin pernikahan yang berhasil. Tidak cukup hanya sekedar cinta untuk bisa membangun rumah tangga yang berhasil.
Hamba Tuhan yang memulai pelayanan membangun gereja, semua cinta Tuhan. Tapi cinta saja tak cukup untuk membangun gereja atau pelayanan yang berhasil. Berapa banyak gereja atau pelayanan yang tutup atau gagal? Cinta saja tak cukup membuat rumah didirikan.
Rumah tangga tak bisa berhasil dengan mengandalkan cinta saja dan rumah Tuhan pun tidak bisa berhasil dengan hanya mengandalkan cinta.
Dalam Matius 25, Yesus memberi perumpamaan tentang 10 gadis yang menunggu mempelai. Judul perikopnya adalah “Lima Gadis yang Bijaksana dan Lima Gadis yang Bodoh”. Tidak ada masalah soal cinta. Kesepuluhnya mungkin mempunyai cinta, tapi cinta tak membawa kesepuluhnya berhasil. Hanya yang bijaksana saja yang berhasil.
Mengapa seseorang dikatakan “bodoh”? Karena tidak “pandai” atau tidak punya pengetahuan. Sekarang saya mengerti mengapa cinta saja tak cukup untuk membangun. Cinta harus ada tapi jangan berhenti sampai di situ karena tak cukup untuk membangun sebuah rumah tangga. Nafsu atau emosi saja pun tidak cukup untuk membangun sebuah rumah tangga.
Saya mengerti sekarang mengapa banyak gereja atau pelayanan bubar. Saat ditanya apakah mau melayani Tuhan, semua dengan emosi dan pernyataan cinta pada Tuhan berkata, “ya, saya mau!”
Tapi jarang ada orang yang keluar dengan konsep. Jarang orang yang keluar dengan strategi atau perencanaan jangka pendek dan panjang. Demikian pula dengan pernikahan. Pernikahan tak bias hanya bermodalkan “aku cinta mati”. Kita harus tahu apa yang akan dilakukan usai menikah.
Mengapa pesta pernikahan berhasil? Karena dipersiapkan dengan baik. Mengapa pernikahan tidak berhasil? Karena semua energi sudah habis untuk pestanya. Semua uang sudah habis untuk pesta, tak ada lagi energi untuk membangun pernikahan itu sendiri. Semua stress.
Pernikahan adalah satu-satunya institusi di mana kita mendapatkan license tanpa diuji. Jika ingin membuat SIM, harus ujian dulu dan hanya berlaku untuk lima tahun, itu pun ada prosesnya. Tidak demikian halnya dengan pernikahan.
Untuk kelas pre-marital class saja masih banyak yang bertanya, “kalau tidak ikut satu-dua-tiga kali, masih bisa tidak?” Itu sebabnya jangan heran bila usia SIM seseorang lebih panjang daripada usia pernikahannya. SIM perlu ujian. Itu sebabnya jangan bodoh, jangan hanya menyatakan cinta.
Ada tiga kunci sukses untuk pernikahan, membangun perusahaan, karier, dan apa saja dalam kehidupan kita. Dengan hanya modal cinta, nafsu, atau seks, kita tak akan berhasil.
1. Knowledge (Pengetahuan)
Knowledge adalah informasi yang tidak datang otomatis. Kita tidak lahir dengan informasi. Semua lahir kosong. Jika kita tak mencoba mendapat informasi, tidak ada yang menempel pada diri kita. Itu sebabnya Tuhan berkata, “umatKu binasa karena kurang pengetahuan.”
Kurangnya pengetahuan akan menjalar pada keturunan di bawah kita. Itu sebabnya Alkitab berkata, “karena engkau melupakan pengajaran AllahMu, maka Aku akan melupakan anak-anakmu.” Lack of knowlwdge dapat ditransfer sebab kita hanya bisa mengajar apa yang kita tahu. Kita tidak mungkin mengajar apa yang tidak kita tahu.
Jika kita tidak mengerti kebenaran, bagaimana mungkin kita dapat mengajar anak kebenaran? Saya selalu belajar dan melengkapi diri. Bukan berarti saya tahu banyak. Saya merasa diri kurang sehingga terus belajar. Apa yang saya tahu, saya beritahukan pada Anda.
2. Understanding (Pengertian)
Knowledge hanya sekedar tahu tapi understand artinya kita mengerti atau memahami mengapa demikian.
3. Wisdom (Hikmat)
Dengan hikmat rumah didirikan. JIka mendirikan rumah dengan nafsu, tidak mungkin dapat terbangun dengan baik. Pengetahuan dan pengertian seseorang yang baru lulus kuliah masih penuh. Ketika mereka bekerja menghadapi kenyataan yang sebenarnya, seringkali tidak tahu mau pakai rumus yang mana karena sudah terlalu banyak rumus.
Perlu hikmat untuk tahu dan memahami situasi. Kondisi A tidak dapat menggunakan rumus B, dan seterusnya. Ini hanya dapat dilakukan jika orang tersebut bukan hanya sekedar penuh informasi tapi tahu cara mengaplikasikannya dengan benar.
Sama seperti saat kita membaca firman Tuhan. Ada begitu banyak janji Tuhan dan perlengkapan senjata rohani. Tapi kita perlu hikmat dalam menghadapi situasi tertentu, mana yang harus kita gunakan atau lakukan: terus mengemis pada Tuhan? Bersyukur? Terus bernubuat? Perlu hikmat.
Sukses dapat diprediksi. Seorang olahragawan berlatih pagi-pagi buta dan latihannya sehari tiga kali sementara yang lain berhenti berlatih. Pulang latihan, ia masih membaca buku dan melihat video mengenai olahraga yang ia tekuni. Ia gigih dan menaruh energinya di situ. Suatu hari, ia menjadi juara. Apa komentar kita?
“Tak heran!” Kita lihat energi yang ia investasikan. Kita lihat apa yang ia keluarkan sehingga saat berhasil, kita sudah tidak terkejut. Sebaliknya, jika seseorang cuek, tak pernah belajar, main terus, pulang langsung tidur, kemudian ulangan umumnya tidak lulus kita akan berkata, “tidak heran!”Kegagalan juga dapat diprediksi.
Sukses tak datang dari sorga. Sukses seseorang dapat kita prediksi. Sebaliknya, kita juga dapat memprediksi apakah seseorang akan hancur atau gagal. Jumlah energi yang kita tanam pada sesuatu menentukkan keberhasilan atau kegagalan. Jika mempersiapkan dengan baik, kita akan berhasil.
Seseorang gagal dalam pernikahan karena hanya bermodalkan cinta dan tidak mempersiapkan pernikahan mereka. Yang dipersiapkan hanya pesta. Pestanya luar biasa glamor dan mengundang decak kagum namun pernikahan itu sendiri tak mengundang decak kagum.
Semua orang punya keinginan yang mulia. Sebuah gambar kue tart yang kita peroleh dari majalah wanita terlihat enak dan bagus. Kita pun tertarik mencoba mempraktikkan resepnya.
Selesai membuat kue, gambar dan rasanya ternyata tak sama seperti yang digambarkan atau yang pernah kita makan sebelumnya. Jangan salahkan resepnya. Pasti ada takaran-takaran yang tidak sesuai seperti mengurangi gula dan telur atau melebihkan tepung, terlalu lambat dalam oven sehinga kue gosong. Jangan salahkan resep karena resep dibuat untuk diikuti langkah demi langkah.
Banyak orang ingin membentuk keluarga yang bahagia. Saat pacaran, mereka sudah membayangkan pernikahan yang indah, akrab, romantis, dan menyenangkan satu sama lain.
Namun jika kita tidak menjalankan aturan yang sudah Tuhan berikan dengan baik, jangan salahkan orang lain atau pernikahan itu sendiri apalagi menyalahkan Tuhan karena Tuhan sudah memberitahukan aturan mainNya. Jangan salahkan siapapun.
Jika tidak mengikuti aturan main, ingin menikah berapa kali pun kita tidak akan bisa mendapatkan gambaran yang diinginkan. Cinta saja tidak cukup.
Itu sebabnya, masih banyak sekali wawancara seperti ini:
“Apakah kamu cinta?”
“Saya masih cinta”
“Lalu mengapa tidak berusaha untuk balik?”
“Saya tidak bisa hidup lagi bersamanya!”
Tidak masuk akal! Mereka tidak pernah belajar. Jika kita tahu bahwa sukses dapat diprediksi, mengapa tidak mulai sekarang? Tidak pernah terlambat dalam Tuhan. Mengapa kita tidak mulai menginvestasikan waktu untuk sungguh-sungguh belajar tentang apapun di mana kita mau berhasil?
Saya bersama isteri sibuk membaca buku mengenai pria-wanita dan hubungan karena kami mau meningkatkan nilai hubungan yang sudah terbina.
Itu sebabnya kami membaca buku, saya membelikannya buku, menyuruhnya mendengarkan CD tentang pernikahan, dan sebagainya agar kami mengerti satu sama lain. Jangankan pernikahan, kalau rajin latihan main play station saja, kita jadi hebat. Demikian pula dalam kehidupan.
Mengapa banyak pernikahan tak lagi mesra? Karena waktu untuk berbincang setelah menikah sangat jarang dibanding masa pacaran. Waktu rata-rata untuk duduk dan benar-benar mengobrol dalam pernikahan hanya lima menit! Bandingkan dengan masa pacaran yang sepertinya tahan berjam-jam bahkan tak terasa sudah mengobrol berjam-jam.
Kuasai bidang di mana kita ingin berhasil. Tidak ada jalan lain atau jalan pintas, kita harus belajar. Jangan senang jika kita “lucky”. “Luck” adalah tanda agar kita cepat bertobat.
Jika tidak pernah belajar dan kebetulan memilih jawaban benar saat pilihan ganda, kita lulus dan kemudian berkata, “Lihat! Gue tidak pernah belajar tapi nilai paling tinggi!” Nilai tidak membuktikan bahwa kita pandai. Jangan anggap “luck” terus bertahan. Ini adalah anugerah untuk cepat bertobat karena tidak akan terjadi lagi.
Kalaupun kita lulus dan kemudian bekerja, orang melihat nilai kita sembilan dan kemudian berpikir bahwa kita pandai. Namun saat dites, tidak ada satupun dapat dilakukan. Ini adalah menunda malu.
Sukses dapat diprediksi. Gagal pun dapat diprediksi. Di posisi manakah kita saat ini dalam pernikahan, pekerjaan, pelayanan, bisnis, pacaran, dan sekolah kita?
Rumah tidak didirikan dengan nafsu atau emosi tapi dengan pengetahuan, pengertian, dan hikmat. Itu sebabnya kita perlu belajar kebenaran, bukan sekedar nafsu atau emosi.
Credit : Ishak Surya
0 komentar :
Posting Komentar